Johan Ariks (alm.), tokoh populer rakyat Papua Barat pada tahun 1960-an, menyampaikan secara tegas perlawanannya terhadap masuknya Papua Barat ke dalam Indonesia (Plunder in Paradise oleh Anti-Slavery Society).
Angganita Menufandu (alm.) dan Stefanus Simopiaref (alm.) dari Gerakan Koreri, Raja Ati Ati (alm.) dari Fakfak, L.R. Jakadewa (alm.) dari DVP-Demokratische Volkspartij, Lodewijk Mandatjan (alm.) dan Obeth Manupapami (alm.) dari PONG-Persatuan Orang Nieuw-Guinea, Barend Mandatjan (alm.), Ferry Awom (alm.) dari Batalyon Papua, Permenas Awom (alm.), Jufuway (alm.), Arnold Ap (alm.), Eliezer Bonay (alm.), Adolf Menase Suwae (alm.), Dr. Thomas Wainggai (alm.), Markus Wonggor Kaisiepo dan lain-lainnya dengan cara masing-masing, pada saat yang berbeda dan kadang-kadang di tempat yang berbeda memprotes adanya penjajahan asing di Papua Barat.
Maka sudah terbukti dan jelas bahwa masyarakat dan Pemimpin papua sudah sejak lama menolak, masuknya Papua Barat ke dalan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).!! Ini adalah fakta sejarah yang tidak mungkin dibantah dan dipungkiri oleh siapa pun di muka bumi ini.
Bangsa Indonesia sebaiknya memberikan Hak dan Kebebasan kepada masyarakat Papua untuk menentukan nasib dan hidupnya di tanahnya sendiri. Karena perjuangan dan usaha mereka berdasarkan pada 4 hal berikut ini, yaitu: Hak; Budaya; Latarbelakang Sejarah; Realitas sekarang (Adanya pelanggaran HAM dan genosida yang tersistem). Salam Juang! Reference: http://www.freewestpapua.org/ http://westpapuamedia.info/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H