Dia yang aku beri nama “Cinta”, adalah sebuah syair yang setiap katanya takkan lewat aku baca
Dia yang aku beri nama “Cinta”, adalah seberkas cahaya bulan yang setia hadir menemani malam
Dia yang aku beri nama “Cinta”, bagai setiap tusuk jarum yang mencipta sebuah karya
Dia yang aku beri nama “Cinta”, bagaikan huruf a yang ketiadaannya membuat cerita tak sempurna
Tapi Dia juga, yang aku beri nama “Luka”, seperti segaris retak yang tak sengaja menempel pada kaca
Seperti setitik nila yang tak sengaja tumpah pada nira
Seperti sebuah nada sumbang yang semestinya tak ada
Seperti sebuah salah yang tak seharusnya datang pada bahagia
Cinta, tak terduga kepada siapa ia akan jatuh
Kadang cinta, juga tak tahu sampai kapan ia menunggu
Lalu cinta, kadang membuat luka namun masih tetap menunggu
Tapi cinta, kini aku terlalu letih menunggumu
Aku memilih diam ketika dirimu mengurai tawa
Aku memilih berjalan di kiri ketika kau berjalan di sebelah kanan
Aku memilih melihat ke depan ketika kau menoleh ke belakang
Karena cinta, aku memilih untuk tidak patah hati lagi karenamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H