“Sssst ... ini Pelabuhanratu bung, jangan bicara sembarangan, “ kata seorang teman sesaat pertama menginjakkan kaki di pantai Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, siang itu. Pantai yang memiliki tebing-tebing curam dengan batu batu karang yang ekstrem ini memang syarat dengan cerita-cerita mistik. Ada mitos Nyi Roro Kidul di balik eksotika deburan ombak yang amat menawan itu.
Butuh waktu dua jam dari kota Sukabumi menuju pantai Pelabuhanratu, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Letaknya di pesisir Samudra Hindia, yakni di bagian barat daya wilayah kabupaten. Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi. Di masa Hindia Belanda, daerah ini dikenal dengan nama Wijnkoops-baai.
Curam dan Landai
Pelabuhanratu memiliki kekayaan alam pantai yang mempesona. Ada dua karakter pantai di sini. Ada yang landai berupa hamparan pasir dengan deburan ombak yang tipis dan memanjakan. Dilengkapi batang-batang pohon kelapa yang berdiri kokoh membentengi darat dan pantai. Tempat ini menjadi pavorit berwisata para keluarga. Menggelar tikar sambil menikmati hamparan laut biru. Makin sempurna keindahan itu bila menikmatinya sambil menyantap ikan bakar atau meminum air kelapa muda langsung.
Di beberapa titik, ada juga pantai yang curam. Terdiri dari batu karang terjal dengan deburan ombak yang ganas. Hempasannya keras dan ombaknya bisa mencapai ketinggian sampai empat meter. Di titik ini dipasangi rambu rambu berbahaya dan larangan berenang. Tapi buat para peselancar, dua karakter pantai ini sama memiliki daya pikat untuk dinikmati.
Sunset adalah cerita lain yang menjadi pesona pantai ini. Persis di muka Ina Beach Hotel, di tepi kolam renang yang menghadap pantai yang landai, setiap sore eksotika terbenamnya matahari itu bisa menjadi kenangan tersendiri. Inilah tempat pavorit Presiden pertama RI Bung Karno. Setiap kali dia bermalam di Samudera Beach Hotel, sunset di sini menjadi tempat yang tak pernah diabaikan.
Sunset ini pula yang menjadi alasan dibangunnya Samudera Beach Hotel di masa kekuasaan Bung Karno. Sayangnya sore itu kami belum beruntung. Mendung menghalangi merahnya mentari yang sedang memasuki perut bumi. Tapi kekecewaan itu terbayar oleh pisang goreng hangat bertabur coklat sajian khas hotel kebanggaan bangsa dimasa Bung Karno.
Selain Ina Beach, disini sudah tumbuh banyak hotel, losmen juga vila-vila yang disewakan. Karena dalam peta pariwisata Jawa Barat, Pelabuhanratu merupakan satu objek wisata yang potensial untuk terus dikembangkan. Masih ada beberapa lokasi wisata yang bisa memanjakan liburan setiap orang. Misalnya Pantai Karanghawu, sekitar 20 km dari pusat kota Palabuhanratu, merupakan pantai karang yang menjorok ke laut dan berlubang di beberapa bagian. Bentuk karangnya lebih mirip tungku, dalam bahasa Sunda disebut “hawu”.
Pantai-pantai lain yang terletak di daerah ini antara lain Pantai Cibareno, Cimaja, Cibangban, Break Water, Citepus, Kebon Kelapa, dan Tenjo Resmi. Sekitar 17 km dari Pantai Palabuhan Ratu terdapat sumber air panas, yakni di Cisolok. Airnya mengandung belerang yang tinggi dan berguna bagi kesehatan. Bagi yang senang berselancar, di pantai Palabuhan Ratu, paling tidak ada sembilan titik lokasi untuk berselancar, yaitu di Batu Guram, Karang Sari, Samudra Beach, Cimaja, Karang Haji, Indicator, Sunset Beach, Ombak Tujuh sampai Ujung Genteng. Masing-masing pantai mempunyai ombak dengan karakteristiknya sendiri.
Penguasa Laut
Eksotika lain dari laut Pelabuhanratu adalah Nyi Roro Kidul atau disebut juga Ratu Kidul yang menjadi mitos pantai selatan. Ini diyakini sebagai penguasa laut itu. Masyarakat sunda, atau khususnya masyarakat Sukabumi Selatan meyakini adanya kerajaan laut yang dihuni para mahluk halus. Kerajaan ini memiliki tahta singgasana yang megah, luas dan besar, ada di dasar laut selatan ini. Pemegang tampuk kekuasaannya adalah Nyi Ratu Kidul, wanita yang digambarkan tidak hanya tegas dan kuat, tapi kemayu dan cantik luar biasa.
Untuk menghormati sang Ratu, masyarakat Sukabumi memiliki tradisi pesta laut. Saat itu masyarakat berbaur dengan para nelayan memberi suguhan laut berupa makanan dan ternak. Dengan jampi-jampi dan mantera, mereka mengiring persembahan itu ke tengah laut untuk disuguhkan kepada Nyi Ratu. Mereka mengharap Nyi Ratu tidak murka. Karena murkanya Sang Ratu bisa berdampak pada kecilnya pendapatan nelayan, tidak aman kawasan pantai dan bisa menjadi bencana dimana-mana. Kontroversi muncul di sini. Sebagian masyarakat Sukabumi yang religius menolak tradisi ini, menganggap sebagai perbuatan syirik.
Tapi percaya atau tidak, itulah fakta yang justeru menambah warna warni dan daya tarik Pelabuhanratu. Buat mereka yang mencoba menguji adrenalin, Pelabuhanratu justeru menjadi pilihan untuk wisata uji nyali. Di Inna Beach Hotel misalnya, ada satu kamar yang sengaja tidak disewakan. Mitosnya adalah kamar yang khusus disediakan untuk sang Ratu. Ayo, siapa berani sewa kamar disebelahnya?
Tapi buat yang bernyali kecil, seperti temanku saat perjalanan itu, dia justeru memberlakukan banyak larangan. Misalnya tidak boleh memakai baju hijau, tidak boleh bersiul, tidak boleh mengumbar sumpah serapah. Itu semua bisa mengundang kemarahan sang Ratu. “Sssst ... ini Pelabuhanratu bung,” katanya.
Memburu Keindahan
Buat yang gemar fotografi, Pelabuhanratu bisa dimasukkan ke dalam cheklist yang segera dikunjungi. Di kawasan pelabuhan dan pasar ikan, begitu banyak enggel yang dapat dibidik menjadi paduan warna dan gambar yang luar biasa. Apalagi bia bidikan dilakukan pada jam-jam tertentu. Di kawasan pelabuhan spot terindah ada di pagi hari berbarengan dengan munculnya sang mentari.
Saat itu, puluhan nelayan merapat di pelabuhan. Setelah semalaman memburu rejeki di tengah deburan ombak, mereka merapat dengan hasil tangkapannya. Ekspresi mereka dengan kapan-kapal kecil yang masih sarat muatan atau wajah-wajah nelayan yang ceria dalam kelelahannya menjadi enggel foto yang luar biasa.
Masih di pagi hari, pilihan bidikan bisa ada di pantai-pantai yang eksoti. Dari ketinggian tebing, bisa terlihat jelas wisatawan memenuhi pantai-pantai yang landai. Mereka mandi dan berenang. Tapi pantai yang curam dengan bebatuan yang tampak kekar terlihat dengan angkuhnya. Keras, tegar, perkasa dan sedikit menyeramkan.
Di titik ini, semakin siang semakin menarik. Perlahan, ombak-ombak mulai besar. Ini pun saat-saat yang dinanti para peselancar. Karya fotografi mulai membidik debur ombak yang menghempas keras batu batu karang yang kokoh. Kalau langit cerah, semakin sore pantai Pelabuhanratu semakin mempesona dengan hamparan langit biru.
Jangan lupakan sunset. Menjelang terbenamnya sang surya pilihan enggel ada di pantai landai menghadap barat. Biasanya fokus pada titik terbenamnya matahari. Momentum ini hanya ada beberapa menit saja. Fotografer pro selalu menyiapkan beberapa aneka lensa untuk mengabadikan lukisan tuhan yang luar biasa itu. Akan ada sejuta keindahan yang bisa direkam ke dalam gambar. Pelabuhanratu bagi pecinta fotografi menjadi spot yang tak pernah habis untuk dieksplorasi.
Bersama Nyi Roro Kidul
Siapa sebenarnya Nyi Roro Kidul, bisa jadi tidak penting lagi diketahui. Tapi mitos dan legenda ini bisa menjadi ikon pariwisata yang bisa dijual, di tengah kecenderungan berkembangnya “wisata mistik” atau “wisata uji nyali” di kalangan masyarakat dunia.
Sesuatu yang ada tidak selamanya tampak dalam pandangan mata. Mitos tentang Nyi Roro Kidul contohnya. Antara ada dan tiada, mitos itu terus diyakini keberadaannya sampai hari ini. Bukan hanya orang Pelabuhanratu atau Jawa Barat, tapi terus di sepanjang pantai utara Jawa, masyarakatnya yakin adanya Nyi Roro Kidul.
Dalam mitos mereka, Nyi Roro Kidul adalah sosok ratu laut yang memiliki singgasana megah dan kekuasaan besar yang terhampar disepanjang laut selatan pulau jawa. Berparas cantik dengan sorot mata yang teduh namun tajam menghunjam ketika menunjukkan amarahnya. Kerap setiap kali ada korban di laut orang selalu mengidentifikasinya sebagai bentuk kemarahan Nyai Ratu Selatan ini.
Al kisah, adalah seorang putri Raja Pajajaran di Tanah Sunda bernama Dewi Kadita yang kena guna-guna sehingga seluruh tubuhnya mengalami gatal dan bernanah. Sebagai penguasa ayahnya memanggil bantuan semua tabib, dukun dan para ahli untuk menyembuhkan. Tapi upaya selalu gagal. Karena tak juga sembuh, suatu hari Dewi putus asa dan menyendiri di pantai. Saat kesendiriannya itu ia mendapat bisikan agar menceburkan diri ke laut biru nan jernih untuk kesembuhannya. Byur, Dewi sang putri raja pun menceburkan diri.
Namun setelah sembuh, ia tak berkenan kembali. Ia dinobatkan oleh para jin dan mahluk halus di lautan selatan ini untuk menjadi ratu di kerajaan ghaib di laut selatan ini. Kerajaannya terbentang di sepanjang pantai utara dari Bali sampai Banten. Pusat kerajaannya ada di sekitar Pelabuhanratu ini. Dengan kekuasaannya itu, Sang Ratu pun menjadi pemimpin kerajaan para jin yang ada di dasar laut.
Yang jelas, mitos tentang Nyai Ratu Kidul masih tetap kuat dan mengakar di masyarakat. Ini pula yang menjadi daya tarik Pelabuhanratu. Sebagai sebuah dagangan wisata, legenda Nyi Roro Kidul masih bisa dikemas lebih menarik dan terhormat. Dari segi budaya, kisah-kisah seperti ini justeru menjadi sisi lain dari dagangan wisata.
Tanpa bermaksud menumbuhkan cerita mistik yang menjurus pada sirik, Pelabuhanratu dan sepanjang pantai laut selatan sesungguhnya masih bisa dieksflore sebagai kawasan wisata alternatif yang menawarkan uji adrenalin dan berfantasi semalam bermalam bersama Sang Ratu Kidul. (amin idris)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H