Seperti dilansir dari Reuters, Kamis (15/10), Sam Pa ditangkap polisi Beijing terkait penyelidikan kasus dugaan korupsi yang melibatkan Gubernur Provinsi Fujian, Su Shulin. Su Shulin adalah mantan bos Sinopec. Ia dituduh membantu rekan-rekan dan kerabatnya mendapatkan kontrak pembangunan depot minyak raksasa di Tiongkok. Su Shulin diketahui menjadi bidikan baru kampanye antikorupsi Presiden Jin Ping.
Nama Sam Pa di Indonesia awalnya terdengar asing, namun menjadi cukup dikenal setelah media memberitakan kolega bisnisnya Surya Paloh, memperkenalkan Sonangol EP kepada Presiden. Berkat bisikan Paloh, Presiden Joko Widodo kepincut untuk menandatangani kerjasama bilateral dan meneken MoU antara pemerintah Indonesia dengan Sonangol EP, perusahaan minyak berbendera Angola. Pada Oktober tahun lalu pemerintah RI menyepakati pembelian minyak mentah sebanyak 100 ribu barel dari Sonangol EP. Indonesia dijanjikan mendapatkan diskon sebesar 15 persen dari harga pasar, namun diskon tersebut hingga kini belum terealisasi.
Keberadaan Sonangol disebut-sebut untuk membabat peran trader dalam impor minyak. Setelah menunjuk Sonangol EP sebagai pemasok sebagian kebutuhan minyak Indonesia, pemerintah memupus peran PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral), anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang berbasis di Singapura.
Pembubaran Petral diklaim akan membuat Pertamina lebih efisien. Sempat digembar-gemborkan dan ramai diberitakan, bahwa dengan pembubaran Petral, Pertamina bisa berhemat sebesar Rp.250 milyar per hari. Namun kenyataannya Pertamina malah mengalami kerugian sebesar Rp. 12,4 triliun pada periode Maret-Juli 2015. Demi untuk menutup kerugian tersebut, pemerintah terpaksa menjual harga BBM di dalam negeri lebih tinggi dari seharusnya, mengingat harga minyak dunia sudah turun cukup drastis. Harga minyak saat ini dikisaran 40 dolar AS per barel, atau turun sekitar 27 persen. Sementara itu asumsi harga minyak dunia dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 ditetapkan sekitar 60 dolar AS per barel.