Mohon tunggu...
Rizal Amri
Rizal Amri Mohon Tunggu... -

Pengamat barang kerajinan dan rajin mengamati peristiwa politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Unik, Pihak Penentu Kabinet Presiden RI ke 7, Semua berinisial "K"

23 Oktober 2014   20:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:58 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapakah para pihak yang berpengaruh dalam menentukan nama-nama menteri yang akan duduk di kabinet Presiden RI ke tujuh. Mengejutkan, ternyata mereka semuanya memiliki inisial "K", yakni sebagai berikut:

1. Joko Widodo alias JKW

Sebagai presiden terpilih konstitusi memberi JKW hak prerogatif untuk menentukan nama-nama menteri yang akan duduk di kabinetnya.

2. Jusuf Kalla alias JK

Kendati hanya wakil presiden, JK adalah politisi berpengalaman dan lihai. JK menekankan perlunya pertimbangan keterwakilan daerah, agama, gender, dll dalam menentukan nama menteri. Hal ini dinilai akan menjadi pintu masuk bagi JK untuk memasukkan nama-nama orang kepercayaan dari daerah asalnya. Selain itu, JK juga keberatan jika nama calon yang dilabeli "kuning" oleh KPK dicoret menjadi menteri. Adapun jika label "merah", menurut JK tidak apa-apa dicoret.

“Kalau memang nama calon menteri diwarnai merah, memang sebaiknya tidak usah. Tetapi kalau warna lain seperti kuning, asas praduga tak salah harus kita kedepankan,” ujarnya.

Hal ini semacam isyarat bahwa jika yang dicoret calon dari PDIP (merah), JK tidak keberatan. Namun JK akan mempertahankan jika eks koleganya di Golkar (kuning) yang kena coret.

3. Megawati alias JTK (Janda Taufik Kiemas)

JTK sangat dominan pengaruhnya, Jokowi diduga tak kuasa menolak nama-nama rekan separtainya yang sudah dikenal publik kurang bersih. Walhasil JKW terpaksa menggunakan tangan KPK untuk menyingkirkannya.

Batalnya rencana pengumuman nama-nama menteri kabinet Jokowi di Pelabuhan Tanjung Priok hari Rabu kemaren, diduga pula karena belum mendapat restu dari JTK.

Walhasil acara yang sudah dipersiapkan dengan biaya Rp. 1 milyar lebih, urung diadakan dan mengecewakan para awak media.

Berdasarkan hasil informasi yang dikumpulkan jppn.com, Jokowi sebenarnya sengaja mengalihkan perhatian awak media dengan cepat-cepat menggiring mereka ke Tanjung Priok sebelum acara pengumuman kabinet. Hal ini lantaran dua sebab. Pertama, Presiden asal Solo itu tengah menunggu calon menteri yang cukup kontroversial ke Istana. Menurut kabar yang beredar, yang dipanggil adalah M. Reza Chalid, yang kerap disebut-sebut sebagai mafia migas. Kedua, Jokowi dikabarkan harus menemui terlebih dahulu Ketua Umum PDIP Megawati alias JTK di kediamannya di kawasan Jalan Teuku Umar.

Menurut informasi, Jokowi didampingi salah satu orang dekatnya, Andi Widjajanto serta Komandan Paspampres (Danpaspampres) Andika Perkasa. Pertemuan tersebut untuk membahas susunan kabinet. Menurut kabar, tim internal Jokowi masih belum sepakat dengan rancangan nama-nama pembantu presiden itu, akibatnya Jokowi batal ke Tanjung Priok.

http://www.jpnn.com/read/2014/10/23/265370/Batal-Umumkan-Kabinet,-Jokowi-Pilih-Menghadap-Mega-

4. Komisi Pemberantasan Korupsi alias KPK

Sebagaimana dinyatakan secara tegas oleh Ketua KPK Abraham Samad, Jokowi tidak boleh mengangkat menteri yang namanya sudah diberi tanda merah maupun kuning oleh KPK.

"Ada nama-nama yang kita berikan catatan kuning dan merah. Artinya, kuning dan merah itu sama saja, tidak boleh diangkat jadi menteri," ujarnya di Makassar.

Jika hal itu dilakukan, maka menurut Abraham KPK akan tangkap mereka dalam satu dua bulan.

Ancaman Abraham ini mungkin lantaran geram melihat geliat pihak-pihak yang masih saja ngeyel dan ngotot memasukkan nama-nama orang bermasalah tersebut sebagai menteri.

Kesimpulannya, penentu kabinet Presiden RI ke 7 adalah JKW-JK-JTK-KPK.

Semuanya punya insial “K”, bukan..?

Sumber gambar: www.jpnn.com


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun