Mohon tunggu...
Amas Brilian
Amas Brilian Mohon Tunggu... -

suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunda

31 Agustus 2014   07:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:01 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bunda

Bunda...

Masa mudamu kadang belum memikirkanku

Bercanda dengan teman sebaya, tertawa tanpa beban

Yang sedikipun tidak terbesit dalam pikiranmu

Suatu ketika datang sosok lelaki

Melangkah mantap meminangmu penuh tanggung jawab

Seketika Allah meniupkan ruh suci dalam rahimmu

Serasa angin berhembus lembut menentramkan

Darah..banjir seketika

Jeritan, perempuan yang kuat

Sesaat...

Tangisan bayi menggema seisi ruang

Mengayuh parau tanda kepasrahan

Tak kusangka itulah aku..

Bunda..

Air mata menetes dari pelupuk matamu

Senyum yang lebar, decap menciumiku

Sulitnya diriku untuk membuka mata dan membalasmu

Kasih sayang kau curahkan padaku

Mengelus senja rambut tipisku

Sinonim bahagia berbunga-bunga indah bermekaran

Bunda..

Masa kecilku begitu bandel

Kuatnya dirimu mengasuhku tanpa kenal lelah

Derai peluh selalu membasahi keningmu

Dalam tugas mulia

Dititahnya kuberjalan sampai bisa berlari kencang

Kala aku terjatuh, menangis sejadi-jadinya

Engkau sigap membopongku berdiri

Membersihkan bajuku dan mengobati lukaku

Engkau cium dan usap keningku

Sambil bercanda “Anak bunda kuat kok, jangan nangis,,cup”

Bunda..

Senyum kebanggaan selalu kau berikan padaku

Diiringi lambaian tangan semampai

Melepasku sekolah, yang terkadang engkau sampai tidak tega

Megantar dan menjemput, sampai kumampu berangkat dan pulang sendiri

Dirumah..

Belajar, ayah dan bunda selalu ada

Sekedar “A Be Ce De”

Sabar penuh perhatian, tau begitu polosnya diriku

Sambil mencubiti pipi kanan kiriku

Semakin berlarut..menyongsong sang waktu

Remaja..

Nakal tak tau aturan

Terombang-ambing arus “keegoan”

Merasa sok mampu, sok pintar, sok benar, dan sok suci

Bantahan spontan menghujammu

Engkau perempuan kuat, rapuh seketika

Menagis tak kuasa berlinang, sekali lagi air matamu

Sesaat ku langsung bersimpuh mendekap kakimu

Engkau Menuntunku berdiri, mengusap air mataku dan memelukku

Jauh..

“Kamu pasti bisa nak” kau ucapkan

Kata-kata itu sebelum ku merantau

Menghadapi nyata, kejamnya kehidupan

Kadang langkahku gontai, tak tau arah dan tujuan

Terbesit pesanmu..

Begitu beruntung, saat Allah mengirimkan sesosok perempuan tegar

Dalam menjadi bunda seumur hidupku

Seribu tahun hidup pun, ku tak mampu membalas jasamu

Ku dedikasikan untuk ibuku. Untukku selamanya, merupakan hari ibu dalam sejarah singkat hidupku. Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangNya kepada beliau.

Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun