Mohon tunggu...
Akhmad Rifky
Akhmad Rifky Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pengamat politik, penggiat sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hubungan Internasional, Antara Liberalisme dan Komunisme?

11 Oktober 2013   10:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:41 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah mahasiswa jurusan hubungan internasional di salah satu universitas di Yogyakarta, selama ini kita mengetahui bahwa jurusan yang memusatkan perhatiannya terhadap kajian internasional mengenai konflik dan perdamaian ini menjadi salah satu jurusan favorit di Indonesia. Jurusan ini memberikan kita perspektif bahwa dunia telah memasuki era globalisasi ang sangat dinamis dimana setiap orang wajib mengembangkan dirinya dengan skill yang mumpuni agar mampu bersaing dengan individu lain di dunia Internasional. Hari ini dimana border tiap negara telah hampir hilang seluruhnya dibawa arus globalisasi maka tidak ada lagi perlindungan negara untuk mengunggulkan individunya dengan kebijakan dalam negerinya.

Hubungan Internasional saat ini merupakan sistem yang telah diterapkan oleh pemenang Perang dunia kedua yaitu Amerika Serikat, dan memang benar bahwa apa yang dikatakan yang menang lah yang menuliskan sejarah maka Amerika Serikat telah menanamkan paham liberalisme nya lah yang menghegemoni sistem internasional. selain itu paham yang kalah yaitu Komunisme juga tetap menulus catatan bawah tanahnya dengan masuk sebagai penyeimbang atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh kaum liberalisme terhadap munculnya berbagai masalah sosial seperti kemerosotan moral dan kemiskinan.

Namun semakin dalam saya mempelajari mengenai ilmu hubungan internasional ini semakin saya mengetahui bahwa dunia ini hanya dilempar oleh dua ideologi besar yang saling menjatuhkan antara Liberalisme yang sangat mengagungkan kebebasan individu dengan Komunisme yang selalu berbicara perjuangan antar kelas. maka dari itu setiap orang dipaksa untuk mengakui dan memilih kubu mereka meskipun saat ini tidak secara signifikan namun secara ekonomi dan sosial politik masih sangat terasa persaingan dua ideologi tersebut.

Pada tahun terakhir saya di hubungan internasional ini saya memilih konsentrasi dunia islam. dimana sedikit banyak juga mempelajari bagaimana perspektif islam melihat hubungan antar negara. notabennya islam dengan kehilafahannya pernah menjadi pusat peradaban dimana kita tidak terikat oleh ideologi pada sistem saat ini. yang saya coba tekan kan pada artikel ini adalah sesungguhnya ada alternatif lain bagaimana melihat fenomena antar negara itu bukan hanya dari dua lensa ideologi, namun juga ada lensa lain yang memberikan solusi terhadap masalah dan konflik yang terjadi pada dunia sekarang ini. maka pandangan manusia terhadap sistem saat ini tidak menjadi terlalu sempit, dan kita selaku manusia yang bijak selalu memilih kepada kebenaran tidak ada salahnya ketika kejenuhan terhadap permasalahan seperti peperangan tak kunjung ada penyelesaian maupun oleh liberalisme atau komunisme maka Islam menjadi penting dipelajari mengingat kita juga pernah memimpin dunia dengan keharmonisannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun