olahraga secara rutin.
Di tengah gelombang tren gaya hidup aktif dan sehat, semua orang saat ini menyerukan pentingnyaMemang betul bahwa olahraga bisa meningkatkan kesehatan fisik dan mental secara signifikan.
Juga betul bahwa olahraga dapat membantu mengurangi risiko penyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, kanker, dan sebagainya.
Tapi berapa banyak orang yang sadar bahwa seperti semua hal dalam hidup ini, olahraga jika terlalu berlebihan juga bisa menimbulkan dampak buruknya sendiri?
Bila Anda termasuk orang yang masih memaksa diri berolahraga meski semangat menurun, hingga badan cedera atau sakit dengan dalih konsistensi dan alasan usang 'no pain, no gain', ada baiknya Anda membaca tulisan ini hingga tuntas.
Pengaruhi Mood
Pernyataan bahwa olahraga juga bisa berlebihan dan memberi efek buruk ini bukan cuma hipotesis tanpa dasar tetapi pernyataan yang sudah divalidasi secara ilmiah oleh sebuah studi yang hasilnya dipublikasikan pada 12 Mei 2022 lalu oleh tim ilmuwan dari Universitat Autonoma de Barcelona.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa intensitas latihan pada satu hari bisa memengaruhi kondisi suasana hati (mood) di hari berikutnya.
Tim peneliti Laboratory of Sport Psychology and the Sport Research Institute di Universitat Autonoma de Barcelona mempelajari secara intensif efek yang ditimbulkan oleh intensitas latihan terhadap kondisi suasana hati atlet sepeda dan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan beban latihan yang lebih besar dan berat.
Tolok ukur yang digunakan dalam penelitian ialah variabilitas detak jantung atau yang biasa disebut heart rate variability (HRV).
Dilaksanakan sepanjang 6 pekan, studi ilmiah tersebut kemudian menganalisis 5 atlet sepeda terkait tingkat stres fisik yang mereka terima selama latihan.
Di pagi hari setelah latihan di hari sebelumnya para atlet diukur detak jantungnya dan kondisi suasana hati mereka dengan kuesioner.
Hasil menunjukkan bahwa para atlet tersebut mengalami penurunan mood sehari pasca menjalani program latihan yang lebih berat. Variabilitas detak jantung juga turut menurun setelahnya.
Sebaliknya, mood atlet-atlet itu membaik begitu intensitas latihan dikurangi. Akibatnya variabilitas detak jantung pun naik.
Pakai Strategi
Tujuan dari penelitian ini adalah agar para pelatih bisa tahu kapan atlet harus istirahat karena tubuh mereka sudah terlalu lelah dan kapan atlet bisa berlatih dan bisa beradaptasi dengan beban latihan dan intensitas yang lebih tinggi.
Dengan demikian, risiko cedera juga bisa ditekan serendah mungkin. Sebagaimana diketahui, saat mood buruk dan tubuh mengalami kelelahan sehingga butuh rehat, jika masih dipaksa latihan, badan akan harus berhadapan dengan risiko cedera lebih tinggi.
Dari hasil penelitian ini, kita bisa tarik pelajaran berharga bahwa sebelum olahraga kita haruslah peka dengan kondisi badan.
Hanya karena olahraga adalah aktivitas yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan secara umum, bukan berarti kita harus berlatih sama kerasnya setiap hari tanpa henti atau berlatih makin keras dari hari ke hari tanpa mempedulikan kondisi badan kita.
Di sinilah sangat penting bagi para pelaku olahraga pemula untuk berkonsultasi dan mendapatkan bimbingan dari mereka yang lebih berpengalaman dan berkompetensi dalam bidang olahraga masing-masing.
Hal ini karena lazimnya para pemula sering terlalu bersemangat sehingga terdorong untuk latihan membabi-buta setiap hari namun mengabaikan kondisi badan. Akibatnya menjadi terlalu capek bahkan kena cedera.
Ketiadaan strategi dan manajemen latihan yang baik malah akhirnya membuat para pemula dihinggapi cedera atau terjadi hal-hal lain yang tidak diharapkan sebagai dampak negatif olahraga yang terlalu sering, terlalu keras, dan terlalu 'ngoyo'.
Maka dari itu, sangat penting bagi Anda yang akan memulai menjalani rutinitas olahraga apapun untuk berkonsultasi dengan dokter atau pelatih profesional yang berpengalaman sehingga bisa terhindar dari dampak buruk overtraining. (*/)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI