Akhir-akhir ini, "monkeypox" makin sering disebut oleh media online di seluruh dunia karena penyebarannya sudah di tahap mencemaskan. Menurut kabar terbaru dari bbc.co.uk, per Desember 2023, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau badan kesehatan masyarakat nasional Amerika Serikat melaporkan 92.432 kasus mpox yang dikonfirmasi di 117 negara di seluruh dunia. Tentunya berita soal penyebaran mpox yang ganas ini tak bisa dianggap enteng.
Faktanya memang pada akhir 2022 lalu, WHO (organisasi kesehatan dunia) mengumumkan bahwa sebutan "monkeypox" diganti dengan "mpox" dengan tujuan untuk meringankan stigma sosial yang diberikan masyarakat umum terhadap para penderita penyakit satu ini. Sebagaimana kita ketahui, mpox biasanya memang lebih mungkin untuk diderita oleh mereka yang sering berhubungan seks sesama jenis meski tidak tertutup kemungkinan bisa menular kepada mereka yang bukan dari kelompok tersebut.
Penularan dengan Kontak Dekat
Kemudian diberitakan pada Agustus 2024 bahwa Africa CDC menyatakan keadaan darurat kesehatan masyarakat karena telah ditemukan jenis varian baru mpox yang menyebabkan peningkatan jumlah kasus dan kematian di beberapa negara termasuk Republik Demokratik Kongo, Burundi, Republik Afrika Tengah, dan Rwanda. Alarm darurat kesehatan ini sudah didengungkan WHO.
Adapun bagi Anda yang belum paham soal gejala-gejala mpox, gejala-gejalanya meliputi ruam kulit atau lesi mukosa yang dapat berlangsung 2-4 minggu. Ruam tersebut dapat disertai demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, energi rendah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Fakta penting lain ialah cara mpox menular, yang lain daripada virus corona yang baru saja beberapa tahun lalu memicu wabah. Mpox cuma bisa menular melalui kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi, adanya material atau bahan yang terkontaminasi, atau hewan yang terinfeksi. Penularan juga dapat terjadi selama kehamilan atau saat melahirkan.
Untuk mencegah mpox, Anda bisa melakukan vaksinasi segera. Vaksin anti mpox juga sudah hadir di Indonesia. Menurut tempo.co, vaksinasi Mpox untuk sekarang ini cuma bakal disediakan bagi orang-orang yang masuk dalam kelompok yang berisiko tinggi. Langkah ini didasarkan pada saran World Health Organization (WHO).
Lebih Tahan LamaÂ
Yang menarik dan patut diwaspadai, virus mpox memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di beragam permukaan benda padat selama waktu yang relatif sangat lama.Â
Jika suhu udara di sekitar permukaan tadi cuma suhu ruangan (suhu normal 18-23 derajat Celcius) yang nyaman untuk manusia, virus mpox bahkan bisa bertahan di permukaan jenis baja anti karat (stainless steel) hingga 11 hari!Â
Makin rendah, makin lama daya tahan virus ini. Di suhu cuma 4 derajat Celcius, virus mpox bahkan bisa bertahan sampai 1 bulan. Hal ini diketahui dari temuan studi oleh tim ilmuwan di Ruhr University Bochum, Jerman.
Penularan mpox sebagian besar memang akibat sentuhan fisik langsung dengan penderitanya. Namun, ada kemungkinan juga terkena virus mpox ini melalui permukaan benda yang terkontaminasi, misalnya barang-barang rumah tangga atau benda-benda di ruangan dan kamar di rumah sakit atau klinik.
Pilih Disinfektan Alkohol
Karena daya tahan virus mpox yang relatif lebih lama itulah kita harus rajin membersihkan permukaan material yang sering kita dan orang lain sentuh. Misalnya gagang pintu, kulkas, kran air, dan sebagainya.
Menurut sebuah studi ilmiah, kita juga jangan sampai sembarangan memilih bahan disinfektan jika ingin menyingkirkan virus mpox.Â
Pilihlah jenis disinfektan yang berbahan alkohol, bukan yang berbahan dasar hidrogen peroksida. Rekomendasi ini dikeluarkan berdasarkan temuan studi yang dipublikasikan di  Journal of Infectious Diseases pada tanggal 2 Mei 2023.
Kabar baiknya, makin tinggi suhu di sekitar sebuah permukaan, semakin pendek umur virus mpox. Di suhu 37 derajat celcius, virus mpox ini musnah dengan sendirinya. Mereka tak bisa bereproduksi lagi di suhu setinggi itu.Â
Sekali lagi, jenis disinfektan yang lebih jitu memberantas virus mpox ialah jenis alkohol atau aldehida. Sementara itu, jenis hidogen peroksida dianggap kurang ampuh. Demikian ungkap WHO. (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H