Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Eka Kurniawan Bahas Daddy Issues di "Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong"

16 Agustus 2024   21:51 Diperbarui: 16 Agustus 2024   21:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda salah satu penyuka karya Eka Kurniawan, cobalah baca karya terbarunya yang setipis 133 halaman. Judul novella ini "Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong" (2024). Pemilihan judulnya tentu provokatif. Tak lazim, mungkin untuk menggambarkan ketidaklaziman level kenakalan Sato Reang, anak laki-laki yang menjadi titik fokus cerita.

Satu kejanggalan besar bagi saya ialah: Bagaimana seorang ayah dan ibu mau menamai anak mereka "sato"? Sebab kalau saya tilik di kamus, kata itu artinya "hewan". Sementara itu, "reang" mengacu pada "gaduh sebab banyak suara orang/ binatang". Jadi saya pikir, nama benar adalah doa. Kalau Sato Reang tumbuh jadi anak yang bobrok, saya pikir itu bukan salah dia. Orang tuanya yang memberikan nama yang tak patut. Apakah ada bahasa daerah di tanah air yang megandung arti "sato" dan "reang" yang berbeda? Saya tak tahu persis. Beritahu saya jika memang ada kemungkinan itu.

Kesan saya saat pertama membaca isinya ialah saya merasa isi kisahnya terlalu autobiografikal. Saya curiga ia menuangkan masa kanak-kanaknya di setiap sela kata di situ. Saya mengendus Sato Reang adalah Eka cilik yang memiliki hubungan yang tak begitu lancar dan selaras dengan ayahnya. Daddy issues, kalau boleh meminjam istilah Gen Z yang suka sekali menciptakan istilah-istilah baru untuk mendeskripsikan suatu kondisi yang sebetulnya sudah lama ada tapi dengan aroma yang lebih kontemporer.

Kenapa saya bisa berkata terlalu autobiografikal? Karena Eka menggambarkan Sato Reang anak bandel yang suka mengisi waktu dengan mengisi buku teka-teki silang (TTS). Hmm, sungguhkah? Saya merasa kecil kemungkinan seorang anak pemberontak yang anti kekuasaan bisa meredam kegeramannya dengan mengisi TTS di waktu luangnya. Rata-rata anak laki-laki yang bandel itu berenergi melimpah dan mereka meluapkan energi yang sebanyak itu dengan aktivitas fisik. Bukan aktivitas intelektual semacam mengisi TTS. That doesn't make sense. Makanya saya curiga, apakah ini Eka masa remaja awal atau bagaimana?

Kalau penjelasan medis berisi penjelasan bahwa daddy issues banyak diidap perempuan, saya kok berpendapat lain. Daddy issues juga bisa diidap anak laki-laki, dan dampaknya bukan cuma terhadap ranah hubungan dengan orang lain, lawan jenis atau saat berumahtangga.

Daddy issues juga sebetulnya bisa berdampak pada bagaimana cara seorang anak menyikap dunia luar dengan segudang masalahnya. Di novella tersebut, tokoh sentral Sato Reang menurut saya sangat jengkel dengan ayahnya yang menurutnya tak berperasaan, dingin, berkemampuan komunikasi buruk, dan otoriter bukan main. Ditambah dengan sikap dogmatis (selalu memaksa anaknya ke masjid tanpa menjelaskan baik-baik kenapa seorang muslim laki-laki mesti salat jamaah ke masjid), ayah Sato Reang memang figur penindas yang membuat kesal setiap anak laki-laki.

Di sini terjadi persaingan kekuasaan antara dua ego laki-laki dalam satu keluarga. Ayah sebagai kepala keluarga tentu tak mau kekuasaannya diremehkan begitu saja oleh orang lain, meski itu anak laki-laki yang akan menjadi penerusnya nanti. Si ayah memberlakukan sejumlah aturan ketat untuk memenuhi ekspektasi begitu Sato Reang habis dikhitan. Aturannya memang bertujuan baik tapi masalahnya, seperti pemerintah yang suka memberlakukan aturan dengan tujuan positif tapi tak didahului dengan sosialisasi yang merata dan jelas serta mudah dipahami rakyat, ayahnya sebagai wajah kekuasaan di keluarga juga tak mau bersusah payah menjelaskan latar belakang pemberlakuan aturan tadi dengan cara yang bisa dicerna pikiran anak laki-lakinya.

Karya Eka terbaru ini saya berikan 4 bintang dari 5 yang ada. Andai saja ia bisa menambah lapisan (layers) terhadap kepribadian Sato Reang, mungkin saja saya akan berikan satu bintang sisanya. (*/)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun