Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Clean": Bagaimana Mandi Tanpa Sabun Memperbaiki Kesehatan Anda

17 Juli 2024   07:19 Diperbarui: 17 Juli 2024   07:19 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Clean" tulisan James Hamblin, seorang dokter yang mengingatkan pentingnya peran mikrobioma kulit untuk kesehatan. (Sumber gambar: bibox.vn)

Siapa di antara Anda yang berpikir: "Mandi ya harus pakai sabun!". Setelah membaca artikel ini, pemikiran Anda bisa jadi akan berubah 180 derajat. 

Adalah James Hamblin, seorang pria yang mengklaim dirinya selama 5 tahun terakhir mandi tanpa sabun. Pernyataannya sangat kontroversial mengingat profesinya adalah seorang paramedis, mantan jurnalis The Atlantic, serta dosen kesehatan masyarakat. Tentu ia memiliki alasan kuat dan logis mengapa ia menghindari sabun dan segala produk yang mengandung sabun.

Setiap ia mengaku tak pernah mandi pakai sabun, orang-orang penasaran apakah ia punya bau badan. Ternyata tidak. Ia tidak memiliki bau badan yang menyengat tetapi juga tidak wangi semerbak bak habis mandi dengan senyawa parfum (yang sebenarnya juga terkandung dalam sabun-sabun yang dijual bebas). Dan meski ia menyarankan mandi tanpa sabun, ia tetap mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau menjalankan prosedur medis.

Menjaga Mikrobioma Alami Kulit

Dalam buku berjudul Clean yang ia tulis, Hamblin menjelaskan betapa kita selama ini sudah dibodohi industri skincare dan personal care karena sejatinya mandi yang bersih itu sebenarnya tak perlu pakai sabun. Cukup dengan membasuh badan dengan air bersih dan menggosok kulit. Sesimpel itu mandi sebetulnya. Nenek moyang kita melakukannya sudah lama.

Dan Hamblin kemudian menemukan dalam penelitiannya bahwa penggunaan sabun saat mandi apalagi secara berlebihan (saya pernah mendengar ada orang yang bangga mandi 3-4 kali sehari demi kebersihan dan tercium wangi) bisa memberangus keberadaan mikrobioma kulit yang berharga untuk kesehatan badan.

Seperti kita ketahui, masyarakat modern dibombardir dengan pesan bahwa bakteri dan virus adalah musuh besar manusia. Tapi nyatanya, tak semua bakteri dan virus itu jahat alias merugikan kesehatan. Kita harus membuka mata dan menerima fakta bahwa ada juga jenis bakteri dan virus dalam tubuh dan permukaan kulit yang justru kalau mereka kita basmi, kita juga yang bakal merugi. 

Hamblin meneliti bahwa pemikiran bahwa semua bakteri dan virus harus kita basmi itu berasal dari pesan marketing produsen-produsen sabun dan perawatan kulit yang mengklaim demikian dengan tujuan bisa menjual produk mereka sebanyak mungkin. Untuk membuktikannya, Hamblin meneliti iklan-iklan sabun yang disebarluaskan sejak abad ke-20 saat perusahaan besar seperti Procter and Gamble dan Unilever secara masif mengkampanyekan hidup sehat tanpa bakteri dengan penggunaan sabun setiap hari.

Sabun bisa membunuh mikrobioma yang bermanfaat. Salah satu contoh jenis mikrobioma atau bakteri baik itu adalah Staphylococcus epidermis, yang menurut sebuah studi oleh tim University of California, San Diego, yang dipimpin dermatolog Richard Gallo, secara alami sudah berkembang biak di kulit manusia. Tanpa bakteri ini, kita bakal lebih rentan kena kanker kulit sebab bakteri tersebut mengeluarkan senyawa yang disebut 6-N-hydroxyaminopurine yang membidik sel tumor dan mencegah DNA kita melakukan replikasi, demikian tulis Hamblin di bab pertama bukunya.

James Hamblin menguak pentingnya mikrobioma alami kulit yang bermanfaat dan bagaimana pembatasan penggunaan sabun bisa mempertahankan mikrobioma tadi./BBC
James Hamblin menguak pentingnya mikrobioma alami kulit yang bermanfaat dan bagaimana pembatasan penggunaan sabun bisa mempertahankan mikrobioma tadi./BBC

Mengenal Mikrobioma Kulit

Nah, di permukaan kulit kita ini (sebagaimana di dalam usus dan beberapa bagian badan lain) juga ada sebuah ekosistem yang halus dan rapuh, yang terdiri dari bakteri, jamur, kutu dan bahkan virus yang membantu kita bisa tetap sehat.

Makhluk-makhluk jasad renik ini menumpang hidup di atas dan dalam kulit kita tanpa merugikan kesehatan kita. Mereka makan dan bertahan hidup dari keringat yang keluar dari pori-pori kita. Mereka juga melahap minyak alami yang dikeluarkan badan sepanjang hari. Dan mekanisme ini sudah berlangsung sejak zaman dulu kala. Sangat alami, cuma kita saja yang tak pernah ketahui.

Hebatnya, meski ada sebagian mikroba ini yang cuma menumpang tanpa memberikan efek buruk bagi kesehatan, ada juga sebagian kelompok mikroba tadi yang justru berperan penting untuk mencegah datangnya masalah kesehatan. Ini bisa dipahami sebab kulitlah organ pertama yang menjadi perisai tubuh terhadap serangan bibit penyakit.

Dan penggunaan sabun yang terlalu banyak di sekujur tubuh saat mandi bisa memberangus populasi mikroba baik di kulit ini hingga kemudian muncul beragam masalah kesehatan. Masalah kulit seperti jerawat, eksim, psoriasis menurut Hamblin adalah sejumlah masalah yang bisa jadi terjadi akibat musnahnya mikrobioma kulit ini. Saya mengamini karena saya juga menemui beberapa orang yang mengaku sering coba-coba eksperimen skincare ini itu, sabun ini itu, lalu jerawatnya malah makin parah. Begitu berhenti pakai produk apapun, malah lebih bagus kondisi kulitnya. 

Hasil Eksperimen Saya

Saya sendiri pernah mencoba untuk mandi tanpa sabun dan shampo (sebagai gantinya saya pakai air lemon/ jeruk nipis untuk hilangnya minyak di rambut yang lepek) selama beberapa waktu dan memang tidak ada orang yang mengeluh saya makin bau. Semua orang masih mendekat saat bertemu, memeluk, dan berinteraksi seperti biasa. 

Memang harus diakui bahwa ada kalanya saya harus menggunakan sabun sebab badan berkeringat dan mengeluarkan minyak dan ditempeli debu jalanan secara kolosal. Mandi dengan air bersih saja dan menggosok terasa kurang. Maka saya putuskan untuk menggunakan sedikit sabun saja di area-area yang rawan bau badan yakni ketiak, leher belakang, dada, selakangan dan bokong. Saya gosok-gosok berulang kali dan bilas. Jadi tidak melumuri sabun ke sekujur badan. 

Saya baru mandi dengan sabun di sekujur badan jika dan hanya jika merasa sangat kotor misal sehabis melakukan perjalanan antarkota yang panjang dan lama yang membuka risiko adanya bakteri atau virus parasit atau patogen yang membahayakan. Tapi ini adalah sebuah ritual yang saya anggap istimewa, bukan sehari-hari. 

Selain menjaga mikrobioma alami kulit, mandi tanpa atau dengan menggunakan sedikit sabun saja juga ternyata membantu saya menghemat anggaran pembelian sabun dan produk perawatan diri. Kenapa? Karena begitu saya mengurangi penggunaan sabun, saya juga bisa mengurangi anggaran pembelian lotion atau produk pelembap kulit. Sebab kulit akan terasa sangat kering (ditambah jenis kulit saya yang begitu kering) selesai mandi. 

Saya dulu sering merasa kering dan kesatnya kulit itu sebagai tanda kulit yang bersih tetapi seiring dengan berjalannya waktu, saya paham bahwa itu pemikiran yang sesat. Justru kelembapan kulit saya yang berkurang drastis dan tak seharusnya itu terjadi. Kulit saya malah makin keriput lebih cepat kalau minyak sebum dan kelembapan alami kulit terangkat begitu banyak oleh penggunaan sabun yang terlalu liberal di kulit.

Jadi, bagaimana? Apakah Anda juga berminat mengurangi penggunaan sabun? (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun