Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Untuk Sedot Uang Turis China, Negara-Negara Asia Tenggara Gunakan Kasino Legal

6 Juli 2024   07:03 Diperbarui: 6 Juli 2024   12:44 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Negara-negara Asia Tenggara saat ini gencar membuka kasino legal untuk mengeruk uang turis China. (Sumber gambar: Rorozoa on Freepik.com)

Tren ini mencerminkan perkembangan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Di saat yang sama, Filipina berencana membangun lebih banyak resor kasino di wilayahnya. Lalu Singapura juga akan memperpanjang lisensi dua resor kasinonya. Malaysia sendiri tengah  mempertimbangkan pembangunan kasino kedua khusus untuk para turis asing. Sementara itu, Kamboja telah menambah jumlah kasino legalnya dari 101 kasino pada 2021 menjadi 174 kasino pada 2023. Secara total, ada sekitar 350 kasino di Asia Tenggara, termasuk di Myanmar, Laos, dan Vietnam.

Pertumbuhan industri perjudian legal ini didorong oleh beberapa faktor. Beberapa di antaranya ialah peningkatan pendapatan di Asia Tenggara, meningkatnya jumlah wisatawan Tiongkok yang gemar berjudi, dan pengetatan aturan perjudian di Tiongkok daratan dan Makau

Jika dicermati lagi, pembangunan kasino untuk turis asing membawa manfaat ekonomi yang signifikan, misalnya Singapura dan Filipina masing-masing menghasilkan $4 miliar dari kasino pada 2023. Kasino juga menciptakan lapangan kerja dan menarik wisatawan lebih banyak.  Di Thailand, diperkirakan kasino dapat meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar 1%. Sementara itu, pajak dari kasino berkontribusi sekitar 2% dari pendapatan pemerintah di Filipina dan Singapura.

Namun demikian, tentunya ada kekhawatiran tentang dampak negatif judi legal ini. Di Thailand, hampir setengah rakyatnya menentang legalisasi perjudian. Padahal mayoritas mereka adalah pemeluk Buddha yang relatif lebih permisif soal judi. Di Indonesia yang mayoritas muslim, wacana judi legal pastinya akan makin keras ditentang. PBB juga memberikan peringatan bahwa ditemukan adanya kaitan erat pembangunan kasino dengan peningkatan kejahatan terorganisir di Asia Tenggara.

Untuk mengatasi masalah ini, sejumlah negara mencari akal. Misalnya Thailand yang berencana meniru model kasino legal Singapura. Di negeri pulau tersebut, pemerintahnya membatasi akses warga negara Singapura ke kasino dengan mengenakan biaya masuk tinggi/ mahal. Kemudian pemerintah Singapura juga terus berinvestasi dalam upaya rehabilitasi dan pendidikan bagi warganya agar tak terbelit dampak buruk judi. Ini dianggap lebih bijak dan rasional daripada terus menerus memerangi perjudian.

Menariknya menjamurnya bisnis kasino legal di Asia Tenggara ini sangat bergantung pada Tiongkok. The Economist melaporkan bahwa
pendapatan perjudian di wilayah Asia Tenggara jika ditotal masih lebih rendah dari setengah nilai Makau sehingga potensi ekonominya terbilang masih sangat besar.  Tiongkok juga sedang berusaha membatasi perjudian lintas batas oleh warganya. Dikabarkan Kamboja berhenti mengeluarkan lisensi kasino baru, diduga karena ada tekanan dari Tiongkok.

Meskipun dipersulit dan diperketat pemerintahnya, para wisatawan Tiongkok tetap memenuhi kasino-kasino di Asia Tenggara. Selama tren ini terus berlanjut, negara-negara di Asia Tenggara akan bisa terus menambah gemuk pundi-pundi kekayaan mereka di tengah kondisi geopolitik dan ekonomi global yang masih tidak menentu. 

Bagaimana dengan Indonesia? Tampaknya kita masih akan terus sibuk memerangi ide legalisasi judi, pembangunan kasino, terus bergulat habis-habisan dengan judi online dan menderita kerugian material dan immaterial yang tak terperikan dari tren judi online ini. (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun