Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ngeri-Ngeri Sedapnya Naik 'Angkot Terbang' ke Pantai Pandan

2 Juli 2024   17:17 Diperbarui: 3 Juli 2024   15:41 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana dalam gerbong kereta lokal jurusan Merak. (Sumber gambar: Google Maps)

Akhir pekan lalu saya baru saja mengunjungi Pantai Pandan yang ada di tepi Selat Sunda. Pantai satu ini bisa dikatakan masuk ke dalam kawasan wisata Anyer yang malang melintang di ujung barat Pulau Jawa, tepi Selat Sunda.

Saya terbilang sudah tak asing dengan kawasan ini sebenarnya karena sebelumnya saya sudah menginap dan mengunjungi Pantai Sambolo yang juga berada di Anyer, Cilegon ini. 

Saat itu bersama dengan seorang rekan, saya menyempatkan diri untuk menginap dan menikmati makanan laut khas sana. 

Di malam hari kawasan ini terbilang amat sepi apalagi saat itu tahun 2021 saat pandemi masih melanda. Saat lockdown agak mengendur saya memutuskan untuk 'healing' sejenak, rehat dari hiruk pikuk pekerjaan.

Saya pulang dengan puas karena suasana matahari tenggelamnya yang memukau dan pantai yang relatif resik dari sampah. 

Mungkin karena saya menginap di resor yang terawat dengan baik oleh pengelolanya, bukan tempat wisata umum yang mengabaikan kebersihan.

Namun, kali ini saya mengunjungi Pantai Pandan yang lebih jauh daripada Pantai Sambolo tersebut. Jaraknya sekitar 48,5 km dan memakan waktu sekitar 1 jam 16 menit. 

Ini adalah waktu tempuh biasanya dari stasiun Krenceng ke Pantai Pandan.

Untuk Anda yang naik mobil pribadi, Anda tinggal mengikuti jalur jalan nasional III sepanjang Anyer hingga ke arah selatan. 

Suasana dalam gerbong kereta lokal jurusan Merak. (Sumber gambar: Google Maps)
Suasana dalam gerbong kereta lokal jurusan Merak. (Sumber gambar: Google Maps)

Bagi Anda yang menaiki transportasi umum seperti saya kemarin, Anda bisa naik commuterline dengan naik kereta jurusan Rangkasbitung dari Tanah Abang, Jakarta Pusat. Total waktu perjalanan Tanah Abang hingga ke Rangkasbitung sekitar 2 jam lebih.

Kemudian Anda transit di Stasiun Rangkasbitung dan berpindah ke kereta lokal menuju ke jurusan Merak. 

Nah, di sini Anda mesti pesan tiket jauh-jauh hari sebelumnya agar tidak berdiri sepanjang jalan. Membeli tiket secara langsung di loket punya risiko kehabisan. Sangat rawan jika Anda pulang malam-malam.

Salah satu sudut Pantai Pandan. (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)
Salah satu sudut Pantai Pandan. (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)

Untuk ke Pantai Pandan, saya menempuh perjalanan 1,5 jam lagi ke Stasiun Krenceng dan barulah saya naik mobil angkutan umum yang bisa mengantar ke Pantai Pandan. Ongkos pergi pulangnya adalah Rp60.000 per orang. Lumayan terjangkau dibandingkan dengan ongkos bensin mobil pribadi.

Seorang pengemudi angkutan umum bernama Pak Karbut yang menjadi rekomendasi seorang teman pelancong menjemput kami dari Stasiun Krenceng pukul 09.15 dan kami menempuh perjalanan dengan lancar meski sedikit tersendat Minggu pagi itu karena ternyata hari Minggu ini masuk ke dalam musim liburan akhir tahun ajaran sehingga tak pelak ada banyak bus yang mengangkut anak-anak sekolah berdarmawisata di kawasan Anyer ini sepanjang hari. 

Kelak inilah yang membuat saya deg-degan sorenya.

Kami melalui jalur alternatif dan menikmati pemandangan sawah dan ladang di sepanjang jalan. 

Di sepanjang perjalanan kami bisa menemukan pabrik-pabrik di Kawasan Industri Cilegon dan permukiman warga lokal serta tempat-tempat wisata bahari yang dikelola secara komersial oleh orang-orang luar Anyer.

Kalau jeli melihat, di kawasan Anyer ini ada banyak papan penanda "Jalur Evakuasi" yang memang ditujukan untuk panduan saat terjadi gempa dan tsunami. 

Anyer memang dikenal sebagai tempat berisiko gempa dan tsunami. Di sini pernah terjadi tsunami pada 22 Desember 2018 silam. Sebanyak 220 jiwa menjadi korban peristiwa tsunami tersebut.

"Bagaimana rumah Pak Karbut?" saya bertanya kepada sopir kami. 

"Aman alhamdulillah," ucapnya tenang.

Daftar menu Pantai Pandan. (Sumber gambar: Google Maps)
Daftar menu Pantai Pandan. (Sumber gambar: Google Maps)

Sampai di Pantai Pandan, kami menikmati suasana pantai yang jauh lebih ramai dari biasanya. Tapi kami maklum saja karena ini memang akhir pekan dan semua orang butuh penyegaran. 

Di Pantai Pandan ini Anda bisa duduk-duduk bermalas-malasan menyaksikan deburan ombak Selat Sunda, atau berkemah di samping kolam renang, atau berenang di pantainya, atau jika ingin berenang di kolam juga bisa, atau sekadar duduk menyantap makanan-makanan lezat yang siap santap di sana juga bisa.

Sekadar informasi, tiket masuknya di akhir pekan ialah Rp40.000 per kepala dengan bonus ada kupon yang bisa ditukar dengan makanan yang dijual di booth tenant mereka.

Kemudian jangan lupa untuk tidak membawa makanan sendiri dari rumah (terutama ibu-ibu) karena tas Anda akan digeledah apalagi yang ukurannya besar. 

Tidak boleh membawa rantang makanan atau botol minum ukuran besar. Kemudian setelah masuk Anda bisa memesan makanan dan menempati meja lalu menikmati pantai sampai sore atau malam. Terserah Anda.

Jika Anda ingin menyantap makanan lain seperti pasta, harganya lumayan mahal menurut saya. 

Pasta dengan porsi sepiring harganya Rp50.000. Meski ada taburan daging sapi kecil, harganya tentu masih terbilang mahal. Namun, untuk ukuran tempat wisata, harga seperti itu masih normal, tak terlalu mencekik seperti harga makanan di kawasan Puncak yang tak wajar. 

Dengan demikian, orang yang sudah datang akan kembali karena tak merasa diperas.

Sederet fasilitas umum dan aktivitas menyenangkan yang bisa Anda lakukan di Pantai Pandan. (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)
Sederet fasilitas umum dan aktivitas menyenangkan yang bisa Anda lakukan di Pantai Pandan. (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi)

Cuaca Juni ini memang agak aneh karena meski seharusnya sudah masuk musim kemarau tapi toh siang itu masih turun hujan. 

Mereka yang duduk di tepi pantai tanpa atap pun buru-buru berteduh di kawasan restoran yang saya sudah duduki bersama teman-teman yang kebetulan saat itu juga santai setelah beryoga bersama di tepi kolam renang dan menyantap makan siang yang memuaskan. 

Karena itu, saya sarankan Anda yang mau ke Pantai Anyer atau Pandan bisa menyiapkan jas hujan atau payung untuk berjaga-jaga di jalan.

Kami diberitahu Pak Karbut yang akan menjemput kami bahwa kondisi jalan dan lalu lintas sedang tak normal. Ia khawatir kami tak akan berhasil sampai di Stasiun Krenceng tepat waktu jika meninggalkan Pantai Pandan pukul 17.30 WIB. 

Ia usulkan kami segera saja meninggalkan pantai pukul 17.00 WIB. Membaca pesannya, kami sepakat untuk meninggalkan pantai pukul 5 sore tepat agar tak terdampar di Stasiun Krenceng malam hari. 

Segera kami naik mobil angkutan silvernya dengan semua barang bawaan dan melesat ke utara, ke lokasi Stasiun Krenceng. Di jalan menuju Stasiun Krenceng, kami menemukan sejumlah titik kemacetan yang ringan hingga parah.

Untungnya Pak Karbut ini warga lokal yang memiliki banyak trik untuk mengakali keruwetan lalu lintas akibat keluarnya bus-bus darmawisata anak sekolah dari kawasan pantai secara bersamaan menjelang senja.

Benar saja, kemacetan makin terasa parahnya mendekati maghrib. Tampak bus dan mobil pribadi mengular, antre untuk bisa melaju ke depan. Tampaknya tidak ada pihak polisi lalu lintas yang mengatur keruwetan ini.

Ada beberapa rute 'jalan tikus' yang digunakan Pak Karbut agar bisa membawa kami ke Stasiun Krenceng tepat waktu. 

Tentu karena memburu waktu, kami tak bisa melaju santai. Kecepatannya selalu tinggi. Dan kalaupun tersendat, kami makin cemas sebab detik demi detik berlalu. 

Saya melihat Google Maps dan aplikasi itu menaksir kami akan sampai terlambat 10-20 menit dari waktu keberangkatan. 

Saya sudah mulai berkeringat dingin, baik karena takut terlambat dan bingung mesti bermalam di mana, atau kemalaman naik kereta jadwal berikutnya.

Tampilan depan Stasiun Krenceng, Cilegon. (Sumber gambar: Google Maps)
Tampilan depan Stasiun Krenceng, Cilegon. (Sumber gambar: Google Maps)

Saat itu, sampai tepat waktu di Stasiun Krenceng bisa kami anggap sebagai sebuah keajaiban. Berulang kali rasanya saya memeriksa Google Maps dan menaksir waktu kedatangan kami di sana tapi berkali-kali juga saya diberi taksiran yang mencemaskan pikiran. 

Duh gawat kalau telat!

Bayangkan waktu tempuh 48,5 km di pagi harinya cuma butuh waktu 90 menit. Begitu sore, kami butuh lebih dari 2 jam! 

Dari pukul 5 sore kami ternyata bisa sampai di Stasiun Krenceng pukul 19.11. 

Tiga menit sebelum waktu keberangkatan kereta yang akan kami tumpangi menuju ke Stasiun Rangkasbitung. Saya langsung tap kartu dan masuk ke peron yang ternyata belum disambangi kereta kami. Fiuh!

Di situlah saya salut dengan kepiawaian Pak Karbut dalam mengebut dengan mobil angkutannya yang berwarna silver itu. 

Sungguh saya sudah bersiap untuk menginap di emperan stasiun malam itu. 

Karena itulah, saya sarankan jika Anda ingin ke pantai-pantai di Anyer naik angkutan umum seperti kereta dan angkutan umum, jangan di waktu puncak liburan sekolah seperti sekarang apalagi di akhir pekan pula karena inilah waktu maut rawan kemacetan. (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun