Cuaca Juni ini memang agak aneh karena meski seharusnya sudah masuk musim kemarau tapi toh siang itu masih turun hujan.Â
Mereka yang duduk di tepi pantai tanpa atap pun buru-buru berteduh di kawasan restoran yang saya sudah duduki bersama teman-teman yang kebetulan saat itu juga santai setelah beryoga bersama di tepi kolam renang dan menyantap makan siang yang memuaskan.Â
Karena itu, saya sarankan Anda yang mau ke Pantai Anyer atau Pandan bisa menyiapkan jas hujan atau payung untuk berjaga-jaga di jalan.
Kami diberitahu Pak Karbut yang akan menjemput kami bahwa kondisi jalan dan lalu lintas sedang tak normal. Ia khawatir kami tak akan berhasil sampai di Stasiun Krenceng tepat waktu jika meninggalkan Pantai Pandan pukul 17.30 WIB.Â
Ia usulkan kami segera saja meninggalkan pantai pukul 17.00 WIB. Membaca pesannya, kami sepakat untuk meninggalkan pantai pukul 5 sore tepat agar tak terdampar di Stasiun Krenceng malam hari.Â
Segera kami naik mobil angkutan silvernya dengan semua barang bawaan dan melesat ke utara, ke lokasi Stasiun Krenceng. Di jalan menuju Stasiun Krenceng, kami menemukan sejumlah titik kemacetan yang ringan hingga parah.
Untungnya Pak Karbut ini warga lokal yang memiliki banyak trik untuk mengakali keruwetan lalu lintas akibat keluarnya bus-bus darmawisata anak sekolah dari kawasan pantai secara bersamaan menjelang senja.
Benar saja, kemacetan makin terasa parahnya mendekati maghrib. Tampak bus dan mobil pribadi mengular, antre untuk bisa melaju ke depan. Tampaknya tidak ada pihak polisi lalu lintas yang mengatur keruwetan ini.
Ada beberapa rute 'jalan tikus' yang digunakan Pak Karbut agar bisa membawa kami ke Stasiun Krenceng tepat waktu.Â
Tentu karena memburu waktu, kami tak bisa melaju santai. Kecepatannya selalu tinggi. Dan kalaupun tersendat, kami makin cemas sebab detik demi detik berlalu.Â