Saya tipe orang yang anti mencoret-coret buku yang saya beli, apalagi jika buku itu harganya ratusan ribu dan impor. Rasanya sayang sekali jika halaman kertasnya digoresi tinta.
Sering saya harus mencatat di buku tulis terpisah sehingga cukup merepotkan untuk membaca isi buku dan menengok catatan saya di buku tulis lain.
Akhirnya saya kapok melakukan metode sok suci dan pemisahan yang merepotkan itu setelah saya melihat seorang penggemar buku bernama akun @complitlibrary2 yang menulisi halaman bacaan apapun miliknya dengan pulpen.
Tulisan tangannya itu semacam anotasi (annotation) yang menurutnya adalah salah satu caranya untuk menyerap isi buku itu dan mencatat respon dari otaknya terhadap isi buku/ bacaan.
Memudahkan Pemahaman
Anotasi, jika Anda belum tahu, ialah penambahan informasi ekstra pada poin-poin tertentu dalam sebuah teks yang dilakukan seseorang dengan tujuan agar ia atau orang lain yang membacanya bisa makin memahami isi buku itu dengan lebih baik. Jadi semacam tulisan tambahan di luar isi buku aslinya yang dibuat untuk menerangkan sebuah poin di buku.
Di gambar di bawah ini, Anda bisa amati bahwa si pembuat anotasi memberikan catatan-catatan pinggir yang memperkaya isi teks yang dibacanya, memberikan konteks yang lebih lengkap, atau bisa juga menuliskan kesan dan respon yang ia miliki dalam benak saat membaca kalimat atau kata tertentu di bacaan tersebut.
Anotasi ini juga bisa membantu kita saat belajar dan menyerap isi buku. Kita bisa merangkum poin kompleks dengan kata-kata kita sendiri sehingga memudahkan kita saat nanti menerangkan di depan orang lain/ dosen/ publik/ audiens. Jadi sangat bermanfaat menurut saya untuk menulis anotasi ini.
Mencegah Distraksi dan Mengantuk
Dan saya kemudian pikir, cara itu sepertinya lebih efektif dan ampuh untuk mencerna isi buku dan memahaminya. Bukan menghapal (memorize) ya tapi memahami (understand/ comprehend).
Jadi setelah ini, saya mencoba lebih berani untuk mencorat-coret halaman buku yang sudah saya beli agar otak saya lebih fokus pada isinya, tak mudah terdistraksi, dan agar tidak mudah mengantuk saat harus membaca buku yang cukup rumit topiknya. Memaksa tangan untuk menulis dan mencerna lalu menuangkan gagasan rumit ke dalam bahasa sendiri mendorong otak ini untuk bekerja ekstra keras dan akhirnya pikiran saya lebih terlibat (engaged).
Lalu bagaimana jika saya membaca ebook/ buku elektronik? Kan tidak mungkin mencorat-coret buku elektronik.
Saya mengakalinya dengan memaksa diri membuat tulisan rangkuman. Begitu selesai baca satu halaman, saya harus menulis dengan tangan di kertas. Lagi-lagi agar pikiran saya terfokus dan otak lebih terlibat dalam proses membaca.Â