Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tak Semua PHK (Layoff) Itu Sama

18 Juni 2024   10:54 Diperbarui: 20 Juni 2024   14:47 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PHK karyawan, kompensasi PHK.(Freepik/gntfreepik via Kompas.com)

Baru-baru ini kita saksikan badai layoff menerjang Tokopedia. Menurut ByteDance melalui beberapa sumber, setelah merger yang ingar bingar beberapa waktu lalu itu memang dipastikan bakal ada sejumlah pegawai yang di-PHK. Jumlahnya berpotensi mencapai 1000 orang. Tidak main-main.

LinkedIn pun menampilkan update beberapa orang yang terdampak dan rekan mereka yang bersimpati dan mempromosikan skills teman dan kenalan yang baru saja di-PHK itu secara cuma-cuma di LinkedIn feed mereka. Wow keren juga ya networking di LinkedIn ini, pikir saya.

Sedih memang tapi mood saya langsung berubah tatkala menemukan sebuah video TikTok yang dimiliki seorang korban layoff Tokopedia baru-baru ini. Isinya begini: "A day in my life. Episode layoff." Penanda lokasinya adalah sebuah hotel mewah di ibu kota. Caption-nya bernada: Menangis di hotel mewah tersebut bersama teman-teman senasib lebih baik daripada menangis sendirian.

Si pemilik akun sendiri merekam dirinya sedang mengeringkan rambut setelah keramas dengan shampoo mahal yang disediakan pihak hotel tadi. Lalu merekam juga hidangan mahal yang terhampar di meja yang ia nikmati bersama kawan-kawannya yang sesama korban layoff.

Agak ironis memang. Korban layoff tapi masih bisa hahahihi, masih terpikir untuk healing 'tebal-tebal' (nggak tipis-tipis lagi menurut saya itu).

Di situ saya sadar bahwa pengalaman layoff bisa sungguh berbeda bagi tiap orang. Ada yang di-PHK tetap bisa makan minum yang mereka inginkan dan membiayai kebutuhan ultra tersier seperti si pemilik akun TikTok tersebut.

Ada juga yang tak seberuntung itu. Begitu di-PHK, otomatis pikirannya terpaku pada upaya-upaya penghematan dan pencarian peluang kerja selanjutnya agar tetap bisa bertahan hidup. 

Saya pikir itu yang dialami sebagian dari 1170 karyawan pabrik ban yang ditutup di Cikarang. Mungkin mereka menjadi tulang punggung keluarga sehingga rasanya di-PHK sama dengan kiamat skala kecil bagi semesta mini kehidupan mereka. Terbayang susahnya cari kerja bagi orang dengan usia di atas 30 tahun di negara ini. Sungguh berat!

Pengalaman saya sendiri kena PHK dua kali sejauh ini berbeda dari kedua kutub ekstrem ini. Saya masih ada tabungan tapi tidak sampai seimpulsif mantan karyawan tadi, yang menghabiskan jutaan untuk menginap di hotel mahal hanya untuk "merayakan" layoff.

Saya lebih terdorong untuk 'belanja' pengetahuan dan skills baru untuk upgrade diri agar siap untuk peluang selanjutnya atau jika saya memang harus self employed, membuat saya bisa mandiri menggarap peluang untuk mencari nafkah tanpa bergabung dengan organisasi/ korporasi apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun