Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tak Semua PHK (Layoff) Itu Sama

18 Juni 2024   10:54 Diperbarui: 20 Juni 2024   14:47 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PHK karyawan, kompensasi PHK.(Freepik/gntfreepik via Kompas.com)

Untuk kebutuhan sehari-hari sendiri, saya masih beruntung memiliki pekerjaan sampingan: mengajar yoga. Jadi kalau bisa dikatakan, saya malah anggap masa pasca layoff sebagai suatu 'sabbatical leave' yang agak melegakan dan menenangkan jiwa meski masih sedikit dihantui ketakutan akan masa depan. Tapi secara keseluruhan, saya masih bisa 'mengapung', tidak 'tenggelam' di gelombang tsunami layoff ini. So I consider myself lucky to some degree.

Di sini saya ingin menegaskan betapa luas spektrum simpati yang seharusnya diberikan untuk masing-masing korban layoff. Ada yang cukup diberikan simpati ala kadarnya karena mereka tanpa pekerjaan itu pun mereka masih bisa membiayai gaya hidup yang wah entah karena gajinya dulu segunung dan investasinya segudang atau punya background keluarga yang mampu sekali dalam finansial.

Ada korban layoff kelas menengah yang seperti saya. Masih bisa makan, minum, tidur nyenyak di bawah atap dan menikmati hidup tapi kalau tabungan habis ya bakal masih bisa menangis darah juga.

Lalu ada korban layoff yang lebih tragis dan perlu sekali tak cuma diberi simpati yang tulus tapi juga tindakan nyata dari kita semua agar mereka tidak makin terlilit utang pinjol, lintah darat, atau utang bank (KPR misalnya) sehingga mereka kehilangan rumah yang dijadikan tempat tinggal bersama keluarga. 

Update 20 Juni 2024:
Ada beberapa orang yang menanggapi tulisan ini. Melisa Hartanto menanggapi dengan penjelasan konteks video tersebut:
“Kebetulan yang post itu temen saya dan memang kekurangan beberapa context sehingga misleading. Tapi, alangkah baiknya tidak spreading hateful speech ketika kita belum tau full informasinya yaa.

Apabila berkenan untuk anda baca dan FYI untuk meluruskan yes.

1. Saat itu kita sedang on campaign yang memang sudah terencana dari perusahaan, dan dicover perusahaan untuk penginapannya 🙂
2. Mana ada yang tau di tengah-tengah sibuknya ngerjain big event tiba-tiba kondisi perusahaan terpaksa ada restrukturisasi.
3. Makan-makan ini adalah salah satu bentuk traktiran dari lead kami (baik banget aslii) yang dimaksudkan untuk menghibur yang terdampak.
4. Inside joke “menangis di hotel better than nangis sendiri” – so sorry it’s our inside joke yang tanpa sadar tidak semua orang paham kondisi kita.”

Thank you!🍀”


Jadi saya sebagai penulis meminta maaf kepada pihak yang sudah kurang berkenan dengan tulisan karena sudah keliru memahami video tersebut.
Namun, saya tidak menghapus tulisan ini dengan tujuan untuk bisa dibaca sebagai pembelajaran bagi kita semua untuk tidak memberi respon terburu-buru mengenai sebuah konten yang terlihat kontroversial, kontraintuitif, dan sebagainya. Bisa dicek dulu ke pihak pemilik konten mengenai konteks dan maksudnya. Tak kalah penting, kita juga harus berhati-hati dalam mengunggah video pendek dengan konteks yang tidak lengkap yang berpotensi menimbulkan kesalahpahaman bagi orang yang menonton. (*/)(*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun