Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Nepotisme Bagian dari Asian Value?

6 Juni 2024   17:51 Diperbarui: 6 Juni 2024   18:18 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu hari di tahun 2016 saya pernah mengikuti sebuah training mengenai budaya Timur (baca: Tionghoa) dan di situ saya menemukan istilah "filial piety", yang dari kacamata awam sama dengan berbakti pada orang tua dan setia pada saudara dan keluarga sendiri.

Tak bisa disangkal konsep filial piety ini memang agak beririsan dengan nepotisme. 

Namun bila ditelaah secara cermat, nepotisme dan filial piety adalah dua konsep yang memang terkait dengan hubungan antara individu dan keluarga, tetapi memiliki makna dan implikasi yang jelas berbeda.

Nepotisme bisa diartikan sebagai praktik memberikan keuntungan atau preferensi kepada anggota keluarga sendiri, biasanya dalam konteks profesional atau bisnis. Biasanya tanpa memperhatikan kualifikasi dan kelayakan individu tersebut dalam menjalankan peran di posisi tertentu. 

Terdapat sejumlah risiko negatif nepotisme seperti menyebabkan kecurangan, mengurangi keragaman ide dan cara pandang, mengurangi akuntabilitas (mengurangi kemampuan untuk menegur kesalahan atau keputusan yang tidak tepat), dan mengurangi kualitas pelayanan publik (apalagi jika sosok tersebut kurang tepat dalam menjalankan peran dan posisinya).

Sementara itu, filial piety, atau "xiao" dalam bahasa Mandarin, adalah nilai-nilai budaya Tionghoa yang menekankan pentingnya hormat dan kesetiaan kepada orang tua dan keluarga. 

Dalam konteks budaya Tionghoa, filial piety dianggap sebagai nilai yang sangat penting dalam membangun hubungan keluarga yang harmonis dan menghormati. 

Bentuk-bentuk filial piety misalnya menghormati orang tua, memelihara kesetiaan kepada keluarga, dan memelihara tradisi.

Di sini, dapat dikatakan bahwa nepotisme lebih negatif karena mengutamakan keuntungan pribadi dan keluarga saja. Sementara itu, filial piety adalah nilai budaya yang konstruktif, karena lebih menekankan pentingnya hormat dan kesetiaan kepada orang tua dan keluarga.

Nepotisme dapat berbahaya karena dapat mengganggu jalannya sebuah organisasi dan birokrasi serta kualitas pelayanannya untuk masyarakat umum. Dengan kata lain, dampak negatifnya lebih luas.

Sedangkan filial piety dapat membantu membangun hubungan keluarga yang harmonis dan menghormati. Dalam konteks kemasyarakatan, ia dapat mempertahankan kohesi sebuah masyarakat dan tatanannya agar tidak runtuh begitu saja. Bayangkan jika ada masyarakat yang semua anak-anak mudanya tidak menghormati orang tua mereka. Tentu bakal kacau balau. 

Setelah mengetahui beda kedua konsep ini, seharusnya kita tidak menyamakan keduanya. (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun