Gagasan-gagasan seperti ini mendorong cara pandang Nazi bahwa orang Eropa utara adalah keturunan langsung dari ras penguasa kuno tersebut.
Reich Ketiga meminjam simbol-simbol India, mendistorsi makna swastika, yang melambangkan keberuntungan (kata itu sendiri menggabungkan su, "baik," dengan asti, "itu ada"---ditambah akhiran ka).
Membalikkan prosesnya, kaum nasionalisme Hindu modern mengambil inspirasi dari Nasional Sosialisme, dan beberapa aktivis awal mendukung Hitler melawan Kerajaan Britania.
Bahkan hari ini, sang diktator masih dihormati di India karena kepemimpinan yang kuat, dan buku karya Hitler Mein Kampf masih banyak dijual.
Risalah lain tahun 1920-an mengembangkan doktrin Hindutva, yang berarti "Hindu.
Penulisnya, V. D. Savarkar, menyebut India sebagai rumah bagi "sebuah ras" yang berakar di Lembah Indus kuno.
"Umat Hindu bukan hanya sekedar warga negara India karena mereka dipersatukan tidak hanya oleh ikatan cinta yang mereka miliki terhadap tanah air bersama tetapi juga oleh ikatan darah yang sama," tulis Savarkar.
Meskipun India secara nominal sekuler, mentalitas militan ini mendefinisikannya sebagai Hindu, yang menggalang massa melawan Muslim pemakan daging sapi dan kelompok minoritas lainnya, tulis Simpson.
Di akhir pembahasannya, Simpson menulis: "Beberapa gagasannya (Modi -pen) tanpa disadari didukung di kalangan yoga, terutama mengenai tradisi yang abadi, yang wawasan spiritualnya begitu universal sehingga bisa menjadi dasar agama lain. Betapapun menariknya teori-teori tersebut, mereka mungkin juga mempunyai agenda tersembunyi yang jahat."
Haus Kekuasaan
Setelah menjabat sebagai PM India selama 10 tahun, Narendra Modi yang mewakili Bharatiya Janata Party (BJP), sebuah partai berhaluan nasionalis Hindu, masih berambisi mempertahankan posisi, dikutip dari laman NPR.
Jika Anda belum tahu, India saat ini menunggu perhitungan pemilu yang akan diumumkan 4 Juni nanti.