Kata "Seba" dalam bahasa Baduy berarti persembahan. Itu karena dalam tradisi ini, masyarakat Baduy dengan sukarela mempersembahkan hasil panen mereka kepada pemerintah.Â
Upacara ini tidak hanya sekedar persembahan, tetapi juga merupakan wujud kesetiaan dan ketaatan suku Baduy kepada pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten.
Seba Baduy menjadi kunjungan resmi masyarakat Baduy setelah melewati musim panen, sebagai ungkapan rasa syukur terhadap alam dan harapan agar diberi keselamatan.Â
Dalam prosesi Seba Baduy, Pu'un (Ketua Adat) membawa amanat untuk memberikan laporan, menyampaikan harapan, dan menyerahkan hasil panen kepada pemimpin pemerintahan.Â
Upacara ini diikuti oleh masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam, yang dapat dibedakan dari warna pakaian mereka.
Tempuh 80 Km
Sebelum Seba Baduy, masyarakat Baduy menggelar upacara Kawalu selama tiga bulan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen. Kemudian, mereka melakukan Ngalaksa, yaitu silaturahmi antar warga Baduy sambil membawa hasil panen.Â
Waktu pelaksanaan Seba Baduy disepakati bersama, dan para sesepuh adat akan memilih warga yang sehat secara fisik untuk mengikuti prosesi berjalan kaki sepanjang 80 kilometer.
Upacara dimulai dengan Tataben, ucapan seserahan dalam bahasa Baduy, yang berisi laporan kondisi warga Baduy.Â
Setelah dialog dengan pemerintah, prosesi diakhiri dengan penyerahan hasil bumi kepada Bupati dan bingkisan balasan dari pemerintah.Â
Tradisi ini menjadi warisan budaya yang unik dan menyimpan makna mendalam tentang penghormatan, syukur, dan keselarasan dengan alam.