INDONESIA menurut pengamatan saya adalah salah satu negara dengan tingkat kepedulian pengelolaan dan pengolahan sampah plastik paling rendah di dunia.
Tak usah jauh-jauh, kita bisa lihat di sekeliling kita terutama tempat-tempat umum terutama yang tidak dikelola swasta, sampah plastik tersebar di pinggir jalan atau di saluran air dan sungai-sungai.
Itu masih mending, bahkan ada juga masyarakat yang masih suka membakar sampah plastik di halaman rumah atau di kebun bahkan di pangkalan ojek dengan tujuan menghilangkan sampah plastik. Nyatanya sampah itu masih ada dan saat dibakar malah membuang racun ke udara bebas.
Hal ini ditambah dengan ketidakpedulian pemerintah soal penanganan sampah plastik. Di pilpres lalu, mana ada kandidat yang secara khusus membahas dan menyinggung soal lingkungan hidup apalagi pengolahan sampah plastik?Â
Padahal polusi sampah plastik di Indonesia sudah gila-gilaan. Lihat saja Pandawara bisa sampai viral karena kontroversi pembersihan sampah plastik di pantai dan sungai di Indonesia. Meski demikian, tak terlihat sampai sekarang ada apresiasi atau bantuan atau tindakan nyata pemerintah untuk mendukung apa yang dilakukan anak-anak muda Pandawara tadi. Bukannya didukung, Pandawara malah disudutkan oleh pemerintah sebuah daerah karena dianggap mencemarkan nama baik daerah mereka.
Tercekik Plastik
Baru-baru ini sejumlah ilmuwan membahas soal bahaya mikroplastik dan temuan mereka menunjukkan sudah ada mikroplastik yang masuk ke dalam badan manusia.Â
Pada 2017, ilmuwan Belgia mengumumkan bahwa pencinta makanan laut dapat mengonsumsi hingga 11.000 partikel plastik per tahun dengan memakan kerang, hidangan favorit di negara itu. Demikian diungkap laman nationalgeographic.
Bagaimana dengan Indonesia?
'Prestasi' Indonesia sejauh ini adalah dalam Laporan Greenpeace "Plastic Pollution Scoreboard" pada 2022, Indonesia bertengger di peringkat kedua negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar di dunia setelah China. Sebanyak 620.000 ton sampah plastik dari Indonesia diperkirakan mencemari laut setiap tahunnya.
Kemudian sebuah studi pada 2020 menemukan mikroplastik di perairan laut Indonesia, khususnya di Teluk Jakarta dan Laut Jawa. Sampel air laut dari teluk dan laut tersebut mengandung rata-rata 3,2 partikel mikroplastik per liter.