Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Severance": Keseimbangan Kerja-Hidup Itu Mitos Belaka?

13 Mei 2024   16:58 Diperbarui: 14 Mei 2024   15:30 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merenungkan arti work-life balance lewat serial "Severance" . (Foto: Apple)

WORK-LIFE balance bagi anak-anak muda zaman sekarang adalah frase keramat. Mereka begitu terobsesi untuk bisa meraih prestasi dalam karier dan sekaligus menikmati hidup semaksimal mungkin.

Fenomena obsesi WLB seperti ini saya bisa temui di media sosial TikTok dan X/ Twitter. Di sana, percakapan dan perdebatan seru di antara Gen Z yang baru masuk dunia kerja sangatlah seru untuk disimak.

Ada satu video TikTok yang menyinggung para pekerja muda yang pulang 'tenggo' (teng langsung go) alias pulang tepat waktu. Orang model tenggo begini tak mau kerja lembur atau merespons permintaan apapun soal pekerjaan sehabis jam kerja. Mereka enggan untuk going extra miles untuk apapun soal pekerjaan kantor. Mereka bekerja secukupnya lalu sisa waktunya dimanfaatkan untuk menikmati hidup. 

Apakah itu salah? Ya tidak juga. Kan itu pilihan pribadi masing-masing.

Ada juga pekerja tipe all out, yang merasa seluruh hidupnya harus didedikasikan pada karier dan pekerjaan. Mereka siap sedia jika dihubungi di waktu cuti dan libur. Mereka tak merasa segan untuk membantu teman kerja dan atasan yang meminta data saat mereka seharusnya istirahat di rumah bersama keluarga tercinta.

Apakah itu benar? Kembali ke pilihan masing-masing juga kok.

Memecah Kehidupan dan Ingatan demi WLB

Sebuah serial menarik berjudul "Severance" mencoba mengangkat pergulatan kaum profesional modern masa kini soal keseimbangan hidup dan karier ini.

Kita diajak oleh penulis naskahnya Dan Ericksson untuk menguliti permasalahan yang dihadapi oleh manusia-manusia yang kini populer disebut sebagai "budak korporat".

Tema besar soal WLB itu tercermin dari tagline serial ini: "Seberapa besar Anda akan berkorban untuk menjadi bahagia di tempat kerja?"

Sebagai sebuah drama thriller psikologis yang dirilis perdana di Apple TV+ pada Februari 2022, "Severance" mengisahkan kehidupan para karyawan di perusahaan Lumen Industries yang mengikuti program "severance" yang memisahkan memori dan kesadaran mereka saat bekerja dan di luar pekerjaan.

Uniknya, para karyawan secara sukarela memisahkan ingatan dan kesadaran mereka saat bekerja dan di luar pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan prosedur severance yang mengharuskan pegawai merekam video kesaksian bahwa keputusan mereka untuk memisahkan memori antara kerja dan kehidupan personal itu semata-mata adalah pilihan mereka sendiri. Perusahaan tidak mengintervensi dan cuma memfasilitasi. 

Serial ini dibintangi oleh Adam Scott yang memerankan Mark Scout sebagai karakter sentralnya. Lalu ada aktor pendukung seperti Britt Lower, Zach Cherry, John Turturro, dan Christopher Walken.

Karena premisnya yang unik dan bisa menyentil banyak orang inilah, "Severance" telah memenangkan beberapa penghargaan, termasuk Globes Emas untuk Seri Terbaik - Antologi atau Film Televisi.

Relevan bagi Kaum Profesional/Pekerja Kantoran

Serial "Severance" mengangkat beberapa isu penting terkait dunia kerja masa kini dalam sistem ekonomi yang toksik dan amat kapitalistik yang terbukti semakin tidak sehat saja untuk kesehatan fisik, mental, dan spiritual. 

Bisa dikatakan bahwa serial ini merupakan kritik terhadap tuntutan kerja yang berlebihan dan pentingnya menjaga batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Selain work-life balance, beberapa isu utama yang disorot antara lain: praktik korporasi dan etika bisnis yang kerap diabaikan.

Dalam serial ini, dikisahkan bahwa Lumen Industries, perusahaan yang menjadi fokus cerita, dipertanyakan etikanya dalam memperlakukan karyawan dan melaksanakan program kontroversial seperti "severance". 

Serial ini menyelidiki sejauh mana perusahaan dapat mengeksploitasi karyawannya layaknya budak di masa dahulu.

Isu penting lain yang relevan untuk kita para pekerja kerah putih ialah hilangnya otonomi dan privasi kita sebagai manusia begitu menandatangani surat perjanjian kerja di bawah sebuah entitas perusahaan.

Dengan dipisahkannya ingatan mereka di dunia kerja dan kehidupan pribadi di luar kantor, para karakter di serial ini kehilangan kendali atas sebagian kesadaran diri mereka. Hal ini memicu munculnya pertanyaan bagi manusia yang mau berpikir (tak cuma menjalani rutinitas kerjanya): "Apakah bekerja untuk hidup atau hidup untuk kerja??"

Lalu, topik yang tak kalah asyiknya dibahas di dalam serial ini ialah tentu eksistensi dan identitas manusia.

Saya diajak untuk mengeksplorasi apa artinya menjadi manusia ketika sebagian dari diri ini diambil atau disembunyikan. Ini mendorong penonton untuk memikirkan kembali konsep identitas dan kesadaran diri.

Dengan cara yang penuh teka-teki dan menakutkan, "Severance" mengajukan pertanyaan filosofis tentang sifat realitas, bebas memilih, dan apa artinya menjadi manusia dalam konteks pekerjaan yang sangat mengeksploitasi. 

Kalau Anda mau menontonnya di Apple TV, pastikan Anda tidak sampai larut ke dalam situasi dalam adegannya yang emosional.

Bagi Anda yang punya trauma soal pekerjaan, menonton serial ini bisa jadi memicu trauma tersebut. Karena dikisahkan di sini ada hukuman-hukuman tak lazim yang dijalani pegawai yang memberontak. (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun