Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penting untuk Editor dan Pendidik! Inilah Cara Deteksi Tulisan AI

4 Mei 2024   06:54 Diperbarui: 4 Mei 2024   06:58 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TIGA tahun belakangan saya bekerja sebagai penyunting di sebuah website. 

Tentu saja sebagai seorang penyunting, saya menerima banyak tulisan (submission) dan menyeleksi mana yang layak tayang dan mana yang tidak.

Awalnya saya hanya mengandalkan kepercayaan terhadap pribadi penulis yang mengirimkan tulisan dan kejelian insting saya. 

Namun, dengan makin maraknya penggunaan di berbagai sektor kehidupan dan ditambah dengan makin canggihnya AI dalam mengolah kata, rasanya saya juga perlu meningkatkan kewaspadaan saya agar tidak ditipu mentah-mentah oleh para pengirim tulisan.

Saya menemukan satu tulisan di originality.ai yang bisa menjawab kecemasan saya itu.

Dalam tulisan tersebut, Jonathan Gillham yang telah berkecimpung di dunia marketing konten dan SEO (search engine optimization) menyatakan bahwa kita sudah bisa menemukan artikel-artikel hasil kerja AI yang mutunya sebagus hasil tulisan penulis atau jurnalis manusia.

Maka dari itu, banyak orang termasuk pembaca awam hampir tidak bisa membedakan keduanya. Dan ini bisa menjadi celah untuk pihak-pihak yag tak bertanggung jawab untuk menggiring opini publik atau memanipulasi sentimen publik soal isu tertentu.

Menurut Gillham ada sejumlah cara yang bisa kita tempuh sebagai pembaca, penyunting, atau pendidik (karena anak-anak sekolah juga makin gemar pakai ChatGPT saat ini) agar tidak 'kebobolan' di era AI sekarang ini.

Di bawah ini adalah 5 kiat yang kita bisa lakukan untuk mengetahui apakah sebuah tulisan punya kemungkinan tinggi dihasilkan AI atau tidak.

Kiat 1: Cari pola atau pengulangan struktur

Ciri khas yang paling mudah ditemukan dalam artikel atau tulisan hasil kerja AI adalah adanya kata, frasa, atau kalimat yang diulang-ulang. 

Kenapa bisa demikian? Itu karena AI dirancang untuk mengenali pola dan menirunya seakurat mungkin. 

Akibatnya, Anda mungkin melihat struktur kalimat yang sama digunakan secara teratur di paragraf yang berbeda dalam tulisan yang sama.

Kiat 2: Amati koherensi tulisan

Koherensi dapat didefinisikan sebagai "pengaturan gagasan, fakta, ide dan kenyataan secara rapi menjadi serangkaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkan" (sumber: freedomnesia.id).

Nah, dalam sebuah teks apapun yang dibuat AI bisa saja tampak koheren pada pandangan pertama, tetapi jika Anda amati lebih dekat dan membacanya berulang kali, seringkali terdapat masalah struktural. Yang dimaksud masalah struktural ialah misalnya tulisannya terlalu terpaku pada sebuah formula. Pun juga dengan perpindahan antargagasan, Anda akan bisa merasakan perpindahan yang kurang mulus. Dengan kata lain, Ai masih kurang cerdas dalam membuat transisi alami antar topik atau ide.  

Jadi, jika sebuah tulisan terlalu 'patah' atau terkesan meloncat-loncat dari satu gagasan ke gagasan lain, bisa jadi kemungkinan ia ditulis oleh AI lebih tinggi.

Kiat 3: Cek informasi dan fakta yang disajikan

Tergantung topiknya, teks/ tulisan yang 100% dihasilkan AI mungkin hanya ditulis secara umum alias kurang mendalam. Pembahasannya hanya di permukaan. Teks tersebut biasanya tidak memuat fakta dan angka.

 Jadi saat Anda membaca artikel, cobalah cermati ada tidaknya data dan fakta. Dan jika ada, cek lagi ke sumber lain yang tepercaya apakah sudah selaras atau belum.

Kiat 4: Datar Tanpa Emosi

Inilah pentingnya manusia agar bisa menulis dengan menunjukkan emosi! Karena AI saja sudah bisa menulis tanpa emosi.

Tulisan hasil kerja AI lazimnya 'kering' dan 'datar' sehingga membosankan bagi pembaca manusia.

Untuk Anda para penulis agar tulisan Anda bisa berbeda dari AI, tulislah dengan memasukkan emosi Anda ke dalam tulisan. Dan ini perlu kepekaan dan menjadi keterampilan yang memerlukan latihan bertahun-tahun.

Gunakan ekspresi bahasa alami manusia sehari-hari agar tulisan Anda tidak datar seperti AI dan rasakan bedanya saat dibaca orang lain.

Kiat 5: Cek siapa penulisnya

Untuk tip satu ini memang agak 'tricky' alias sulit dalam kasus saya karena saya menerima tulisan dari berbagai kalangan terutama penulis pemula. 

Ini mungkin bisa diterapkan di setting sekolah karena Anda bisa membandingkan tingkat penguasaan materi seorang siswa di periode sebelumnya dengan sekarang. Jika tiba-tiba sekarang melejit, rasanya Anda perlu memeriksa lebih lanjut apakah tulisan itu hasil kerjanya atau tidak.

Namun, bukan berarti tidak bisa Anda terapkan sama sekali. Untuk konteks lain misal contoh tulisan portofolio dalam proses lamaran kerja, Anda bisa googling atau cari di Google mengenai jatidiri si penulis. Apakah pekerjaannya, latar belakang pendidikannya, dan apakah ada kasus-kasus pelanggaran etika yang ia lakukan selama ini? Karena bisa jadi ia 'residivis kambuhan'.

Anda juga bisa mengecek orisinalitas artikel dengan menggunakan alat/ software khusus tetapi menurut Gillham tetap saja kita tidak bisa mengabaikan pemikiran kritis dalam menyaring artikel AI. (*/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun