MUDIK yang ke-12 ini (karena saya tidak mudik 2 tahun saat pandemi) saya memutuskan menjajal transportasi yang makin populer di antara pemudik area Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebelumnya saya sudah melakukan perjalanan mudik dari tahun 2010 dengan bus reguler, kereta api kelas ekonomi, kereta api kelas eksekutif, dan pesawat terbang.
Rasanya saya sudah cukup kenyang dengan pahit manis naik transportasi umum selama belasan tahun terakhir ini dan ingin membagikan pengalaman yang mungkin bisa berguna untuk pembaca.
Dalam tulisan ini saya akan bahas kelebihan dan kekurangan naik sleeper bus ini dibandingkan dengan sarana transportasi mudik lainnya.
Harapan saya dengan membaca tulisan ini, Anda bisa membuat keputusan yang lebih baik soal pilihan mudik Anda di tahun depan.
Sebagai catatan, saya menaiki sleeper bus Shantika dengan jurusan Merak-Jepara.
Bedanya dari bus biasa, Anda bisa lihat ketinggi bodi busnya yang melebihi ketinggian bus normal.
Minim Pegal
Di antara banyak pilihan transportasi umum, sleeper bus bisa dikatakan punya sisi plus cukup banyak.
Jika dibandingkan dengan bus tipe reguler yang cuma bisa duduk, tentu saja kabin penumpang di sleeper bus jauh lebih nyaman untuk menempuh perjalanan selama belasan jam.
Kenapa? Karena Anda bisa meluruskan kaki ke depan tanpa terhalang apapun!
Dan kenyamanan ini ditambah dengan sandaran punggung yang bisa direbahkan hingga setidaknya 60 derajat. Tidak sampai rebah betulan hingga kepala bisa sejajar kaki sebagaimana kita berbaring di tempat tidur tetapi tetap saja ini kelebihan tersendiri.
Bagi Anda yang memiliki badan yang sudah mulai menua, meluruskan kaki dan merebahkan punggung bisa membantu peredaran darah relatif tetap lancar dan mengurangi rasa pegal di sekujur badan yang biasanya dirasakan sehabis melakukan perjalanan darat jarak jauh.
Sehabis menempuh perjalanan belasan jam pun, badan saya tidak sepegal saat naik bus reguler.Â
Alasannya karena dengan ukuran kabin yang cukup lapang, saya masih bisa melakukan peregangan ringan untuk sekujur badan.
Saya bisa melakukan sejumlah pose yoga di kabin sleeper bus untuk meregangkan kaki, punggung, bahu dan lengan yang menjadi area sumber keluhan pegal yang utama bagi penumpang bus.
Lebih Terjangkau
Bagi Anda yang memiliki banyak kebutuhan saat akan mudik, rasanya akan lebih bijak untuk memilih sarana transportasi yang tetap nyaman tapi tidak juga mengorbankan begitu banyak kenyamanan dan keamanan.
Harga tiket satu kursi sleeper bus yang saya tumpangi berkisar Rp700.000-600.000. Tentu ini tergantung pada hari keberangkatan yang dipilih dan kebijakan si manajemen perusahaan yang mungkin bisa berubah-ubah.
Dari pengalaman saya, harga satu tiket pesawat terbang bisa lebih dari Rp1 jutaan untuk kota tujuan saya. Dan ini belum lagi ditambah biaya naik gocar atau taksi yang di hari raya bisa melonjak 100% dari harga normal. Tahun kemarin, saya bisa membayar 400-500 ribu untuk ongkos taksi sekali jalan. Gila!
Dengan sleeper bus, saya bisa menghemat ongkos transportasi ke kantor agen bus (karena kebetulan lokasi rumah lebih dekat dengan agen bus daripada ke bandara Soekarno Hatta).Â
Yang lebih enak lagi, saat di kota tujuan, saya bisa diantar hingga benar-benar dekat dengan rumah orang tua. Sangat menghemat ongkos transportasi.
Juga saat pulang, saya bisa lebih dekat ke rumah dan memesan layanan taksi daring yang jauh lebih hemat.
Saran saya, jika Anda ingin diantar hingga benar-benar dekat rumah, pastikan rute sleeper bus itu memang melewatinya.
Bisa Ibadah Lebih Leluasa
Jika Anda mudik di 10 hari terakhir Ramadan, tentu saja Anda tidak mau melewatkan salat di perjalanan.
Anda masih bisa menunaikan salat di kabin bus atau jika bus berhenti di rest area atau restoran untuk makan, Anda juga bisa salat di mushallanya.
Salat maghrib bisa ditunaikan di atas bus dengan bertayamum dahulu jika memang Anda tidak ingin terlambat atau melakukan jamak.
Hal ini tentu lain dengan pesawat terbang dan kereta api yang lebih tegas soal keberangkatan sehingga kurang fleksibel soal akomodasi untuk urusan ibadah. Sekali Anda telat, tak mungkin bisa masuk. Dan Anda tak bisa minta berhenti cuma untuk salat di tengah perjalanan.
Untuk pesawat terbang, Anda sudah harus stand by di bandara beberapa jam sebelumnya agar bagasi benar-benar beres dan tidak salah terminal keberangkatan sehingga urusan salat rasanya susah benar ditunaikan tepat waktu.
Untuk kereta api, di gerbong Anda tentu tak bisa salat dengan khusyuk karena tidak ada mushalla dan kursi juga kurang privat/ tertutup.
Rawan Kena Macet
Sekarang saya bahas soal kekurangannya. Karena bentuknya masih bus, tentu saja sleeper bus juga mengalami risiko kena macet yang cukup tinggi di musim mudik Lebaran.
Kemacetan yang saya alami sendiri malah terjadi di arus balik saat melewati Cikampek.Â
Selain itu, tidak ada keluhan sama sekali sebab jalur tol Pantura sudah beroperasi dengan baik dan memuaskan.
Tidak ada kemacetan di tol atau insiden yang membuat kelancaran lalin terhambat di jalan tol Pantura sebagaimana terjadi beberapantahun lalu di Brexit.Â
Jadi saya sangat mengapresiasi pihak-pihak terkait seperti Kemenhub, Jasa Marga, dan sebagainya.
Tapi karena sekali lagi tempat duduknya lumayan nyaman, akhirnya kemacetan bisa ditolerir oleh tubuh.
Asal kemacetannya tidak terlalu ekstrim dan lama, penumpang pasti masih merasa nyaman.Â
Bagaimana menurut Anda? Akankah Anda mencoba naik sleeper bus tahun depan? (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H