Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena "Elite Overproduction": Membanjirnya Elit Terdidik Bikin Bangsa "Ambyar"

29 Januari 2024   07:31 Diperbarui: 29 Januari 2024   07:49 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua faktor tadi dapat berkontribusi pada instabilitas politik sebuah masyarakat di suatu negara, yang akhirnya menuju pada titik nadhirnya dan setelah melewati titik nol yang 'berdarah-darah' itu, bakal muncul tatanan baru yang bisa jadi akan melegakan banyak pihak. Anda bisa membaca ini di bab kata pengantar buku End Times.

Sebetulnya fenomena yang mirip juga terjadi di Indonesia. Gaji yang tak kunjung naik meski inflasi harga bahan pokok terjadi dan nilai produk properti melejit sehingga banyak yang belum bisa membeli rumah pertama mereka.

Sayangnya, di sini belum terjadi Elite Overproduction karena sebagaimana dikemukakan di depan, karena persentase rakyat yang berpendidikan tinggi baru di bawah 1%.

Kembali ke AS, Turchin menyatakan saat kelompok elit berpendidikan tinggi di sebuah negara makin banyak dan jumlah posisi puncak yang diincar mereka tetap seperti dulu, muncullah kelompok "counter-elite", yakni orang-orang yang bermain curang, mengakali aturan main yang sudah diberlakukan demi mencapai tujuan agar bisa menjadi bagian dari kelompok elit. Mereka yang bermain adil (fair) makin sedikit dan langka jika pun masih ada.

Bayangkan apa yang terjadi pada mereka yang sudah berjuang sedemikian rupa meraih pendidikan tinggi dan bermain secara adil untuk mendapatkan posisi di lingkarang elit impian selama hidup mereka lalu dicurangi kompetitor yang punya cara mengakali celah dari sistem yang ada? Tentunya jika Anda jadi mereka, Anda pasti akan marah besar dan ingin membongkar habis sistem yang penuh kecacatan ini bukan?

Dari kemarahan kelompok elit yang dicurangi oleh counter-elite inilah, tatanan sebuah negara/ peradaban bisa perlahan dibongkar dan dirobohkan karena dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan masyarakatnya.


3 Contoh Kasus

Turchin memberi contoh 3 kasus nyata dalam catatan sejarah: Donald Trump, Abraham Lincoln, dan Hong Xiuqian. Mereka adalah 3 pemimpin besar di negara masing-masing di era mereka sendiri yang dulunya sangat mengidamkan posisi puncak di negara mereka, lalu berhasil meraihnya dan turunnya mereka diikuti dengan sebuah periode penuh pergolakan berdarah yang menentukan nasib bangsa ke depan.

Hong memiliki Pemberontakan Taiping, sebuah perang sipil paling berdarah di sejarah manusia karena diperkirakan memakan korban 30-70 juta manusia. Lalu ada Perang Sipil Amerika yang meletus setelah Abraham Lincoln ditembak mati John Wilkes Booth, seorang simpatisan Konfederasi.

Dan pasca kepemimpinan Trump, terjadi pandemi Covid-19 dan rentetan insiden politik termasuk puncaknya ialah kerusuhan di Gedung Capitol yang menjadi "istana merdeka"-nya Amerika. Bayangkan jika hal yang sama terjadi di Jakarta. Publik dunia sudah pasti akan mengira terjadi kudeta di negara kita. Ini menunjukkan rapuhnya Amerika Serikat dari sisi dalam mereka sendiri bahkan jika Rusia dan China tak intervensi.

Sampul buku End Times. (Foto: Tangkapan layar Penguinrandomhouse.com)
Sampul buku End Times. (Foto: Tangkapan layar Penguinrandomhouse.com)

Haruskah Dicegah?

Setelah ini, mungkin kita bertanya-tanya: "Apakah perlu kita merancang rencana untuk mencegah Elite Overproduction?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun