Lalu soal kebugaran jasmani para remaja (10-15 tahun) dan pemuda (16-30 tahun) yang kondisinya baik juga menurun. Tahun 2021 persentase remaja yang bugar 8,68% pemuda bugar 8,83%. Di 2022, turun jadi 7,03% dan 6,17%. Lalu di tahun 2023, malah turun lagi jadi 6,79% dan 5,04%. Sangat memprihatinkan.
Sementara itu, secara spesifik lagi, tingkat kebugaran remaja-remaja 10-15 tahun kita sangat menyedihkan. Bagaimana tidak? Setelah Kemenpora mengukur tingkat kebugaran 1578 remaja Indonesia usia 10-15 tahun yang tersebar di 34 provinsi pada 2023 ditemukan fakta bahwa mayoritas (77,12%) remaja Indonesia tingkat kebugarannya kurang dan sangat kurang. Dengan kata lain, dari 10 remaja kita, cuma 2 yang badannya sehat dan fit. Yang lainnya ringkih, sakit-sakitan, dan lemah.
Kita bisa menduga penyebabnya ialah karena mereka terlalu banyak duduk diam menggunakan gawai dan hampir tidak pernah menggerakkan badan. Akibatnya sebagaimana kita ketahui tidak mengherankan jika anak-anak dan remaja sekarang sudah ada yang kena diabetes.
Lalu untuk segmen pemuda (umur 16-30 tahun), kondisinya malah makin menyedihkan. Karena persentase pemuda ringkih mencapai 83,55%! Cuma 5,04% yang menunjukkan kondisi fisik yang baik.
Saya menduga penyebabnya ada banyak faktor misalnya makin maraknya game online, gaya hidup tidak aktif yang diakibatkan oleh banyaknya tugas kuliah atau pekerjaan yang banyak sehingga anak-anak muda kita merasa stres tetapi tidak mau mengusir stres dengan capek berolahraga.
Mereka lebih memilih merokok rokok tingwe (tembakau yang digulung sendiri dengan kertas, karena rokok pabrikan makin mahal), mengisap vape yang membuat syaraf rileks tapi paru-paru jebol, nongkrong di kafe minum kopi dengan gula berlebih, atau begadang untuk push rank Mobile Legend.
Anggarkan Lebih untuk Pencegahan
Pencegahan selalu lebih hemat daripada pengobatan, begitu kata orang. Tapi tak banyak yang menyukainya karena upaya pencegahan sangatlah membosankan, klise tapi sayangnya itulah yang lebih murah dan efektif.
Negara kita saat ini menanggung beban dana Jaminan Sosial BPJS Kesehatan yang makin meningkat dari tahun ke tahun akibat banyak faktor, yang salah satunya ialah pilihan pola hidup masyarakat yang kurang sehat.
Menurut katadata.co.id, tahun 2022 menjadi saksi beban dana BPJS yang dikeluarkan negara sebesar Rp130,4 triliun, yang artinya ada peningkatan 28% dibanding tahun 2021. Ini menjadi rekor tertinggi beban dana BPJS selama pendiriannya sejak 2014 lalu.
Dana sebesar triliunan rupiah ini mungkin bisa ditekan lebih rendah jika masyarakat kita mau mencegah penyakit-penyakit akibat pola hidup yang kurang sehat dengan berolahraga rutin dan memperbaiki pola hidup secara menyeluruh.
Pemerintah juga harus mawas diri dengan mengevaluasi kinerja dan fokus pembangunan. Jangan melulu mengejar pertumbuhan ekonomi tapi akibatnya banyak rakyat yang sakit-sakitan. Seharusnya kita berkaca pada apa yang terjadi di negara-negara maju seperti AS yang meski adidaya tapi rakyatnya mengalami kecanduan opioid, atau Korsel yang dikenal jumawa dengan Korean Wave-nya tapi rakyatnya memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Pada akhirnya GDp tinggi bukanlah solusi. Kita mau kaya memang tapi jangan sampai kesehatan dan kebahagiaan hidup jadi tumbal.