Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Gembul: "Saya Gaji Gede dari YouTube, Gaji Ngajar Cuma 200 Ribu per Bulan"

26 November 2023   14:02 Diperbarui: 26 November 2023   14:56 2618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Gembul mengkritik habis-habisan sistem pendidikan RI di Kompasianival 2023 Sabtu kemarin (25/11). (Sumber foto: Dok. Akhlis)

"Sistem pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan terburuk di dunia," ucap Guru Gembul, seorang sosok guru berpemikiran kritis yang akhir-akhir ini 'naik daun' di media sosial YouTube dan Instagram bernama @gurugembul yang memiliki jutaan pengikut.

Ia mengatakan hal tersebut dengan lantang di depan sejumlah Kompasianer yang hadir di atas panggung utama Kompasianival 2023 yang dihelat Sabtu kemarin (25/11) di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta. Momennya memang pas sebab hari itu juga hari guru nasional.

Guru Gembul mengungkapkan keprihatinannya tersebut untuk mengingatkan kita semua agar tidak lengah dan lupa daratan dengan pencapaian yang sudah kita miliki. Pencapaian tersebut misalnya masuknya RI sebagai anggota G-20. Artinya kita masuk ke dalam lingkaran 20 negara dengan skala kekuatan ekonomi yang terbesar di muka bumi ini. 

Menang Jumlah Saja

"Dua puluh besar itu, karena populasi kita besar sehingga sirkulasi uang yang beredar juga besar," cetus pria berkacamata tersebut. ia seolah ingin menekankan bahwa sejatinya ekonomi kita masih dominan ditopang oleh jumlah manusianya yang banyak luar biasa dan kemampuan mereka mengkonsumsi alias berbelanja.

Yang memprihatinkan ialah jika kita hitung lagi pendapatan per kapita (pemasukan per kepala di negara ini), rata-rata pemasukan orang Indonesia masih sekitar Rp4 juta sebulan, kata Guru Gembul.

Namun, dari data terbaru sebetulnya jumlah pendapatan per kapita itu sudah naik. Dilansir dari katadata,  pendapatan per kapita RI per tahun 2022 sudah Rp5,183 juta per bulan, atau Rp62,2 juta per tahun.

Terlepas dari selisih Rp1,1 juta tersebut, di lapangan kita masih tidak menemukan peningkatan kesejahteraan yang signifikan di tengah masyarakat kita. Di sekeliling kita, anak-anak muda usia produktif yang baru lulus kuliah masih rajin 'sambat' alias mengeluh soal susahnya dapat kerja zaman sekarang di media sosial. Dan kasus PHK juga masih terus bertambah. Angka pengangguran per 2022 menurut indonesia.go.id mencapai 8,4 juta orang.

Guru Gembul menimpali bahwa 85% orang Indonesia juga belum pernah mendapatkan gaji/ pemasukan Rp18 juta per bulan. Untuk bisa disebut kaya raya, seseorang setidaknya bisa mengantongi pemasukan Rp27 juta sebulan di negara ini.

Dari sistem pendidikan yang buruk ini, menurut Guru Gembul, muncullah guru-guru terburuk juga.

"Dan akhirnya siswa-siswa di Indonesia adalah yang terburuk di dunia. Mereka tidak tahu inti sebuah paragraf yang dibaca," tandasnya lagi. Meski tak secara gamblang mengatakan, saya mengasumsikan ia mengutip hasil PISA Test tahun 2018 yang dipublikasikan di oecd.org. Hal ini mencerminkan rendahnya mutu SDM kita.

Indonesia masuk di level 1 alias peringkat bawah di hasil PISA test. (Sumber: oecd.org)
Indonesia masuk di level 1 alias peringkat bawah di hasil PISA test. (Sumber: oecd.org)
Riset Masih Dianaktirikan

Guru Gembul juga menyoroti satu preseden buruk bagi kemajuan bangsa yang digadang-gadang akan menjadi negara maju di tahun 2045: riset yang masih belum diprioritaskan pembuat kebijakan.

"Sekarang ditambah lagi dengan masalah bahwa untuk mengadakan riset dan teknologi di Indonesia, negara cuma mengalokasikan uang Rp6 triliun yang disebar ke seluruh bangsa," kritiknya dengan nada tegas.

Ia menganalogikan pentingnya riset dan teknologi itu dengan produk iPhone yang sesungguhnya ongkos produksinya sangat murah tapi dijual Apple Inc begitu mahal. Menurut Investopedia.com, ongkos pembuatan satu unit iPhone 13 Pro ialah US$570 dan dijual US$999 (sumber: apple.com). Jadi bisa dikatakan keuntungan Apple bisa relatif besar berkat gencarnya riset yang mereka lakukan secara kontinu dan konsisten.

Jangan Cuma Dorong Konsumsi

Patut diakui bahwa strategi pemerintah kita saat ini jika ekonomi melemah adalah mencari cara bagaimana mendorong daya beli masyarakat. 

Kenapa? Karena masyarakat kita adalah masyarakat konsumtif. 

Guru Gembul menggarisbawahi betapa mirisnya kesenjangan antara prioritas dana yang diberikan pemerintah untuk subsidi BBM yang konon diberikan demi menggerakkan perekonomian tapi pada saat yang sama menempatkan anggaran pendidikan bangsa ke nomor sekian. 

"Untuk subsidi konsumsi BBM saja Rp500 triliun, tapi untuk riset cuma Rp6 triliun," terangnya dengan nada kecewa. 

Ini semua karena baik pemerintah dan masyarakat kita masih belum menghargai ilmu pengetahuan, guru-guru, dosen-dosen,  akademisi dan kalangan ilmuwan.

"Kecilnya dana untuk riset dan pendidikan dibandingkan BBM itu membuat gaji-gaji guru dan dosen juga begitu kecil," tuturnya lagi.

Ia mengatakan jika kini mungkin pemasukannya lebih besar bukan karena digaji lebih layak oleh pemerintah tapi karena digaji YouTube. (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun