Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Studi: Risiko Diabetes Tipe 2 Naik bagi Orang yang Tinggal Dekat Resto Siap Saji

10 Mei 2022   09:55 Diperbarui: 10 Mei 2022   10:15 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

POSISI menentukan prestasi, begitu kata orang saat duduk di bangku sekolah. Dalam dunia kesehatan, posisi Anda tinggal juga ternyata menentukan risiko Anda menderita penyakit tertentu.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal PLOS Medicine pada April 2022 menguak bahwa prevalensi global diabetes tipe 2 yang naik tajam berkaitan dengan makin menjamurnya gerai makanan siap saji di mana-mana. Dan memang menurut studi mereka, ditemukan bahwa orang-orang yang tinggal dekat dengan restoran siap saji menderita risiko lebih tinggi untuk mengidap diabetes tipe 2.

Dilaksanakan oleh peneliti dari Imperial College Business School, London, studi ilmiah tersebut menegaskan bahwa jenis ketersediaan pangan di sekitar kita bisa menentukan kondisi kesehatan kita juga. 

Ini sangat berlaku bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang memiliki kekuatan memilih pangan yang lebih lemah. Dan mereka yang punya daya beli lebih kuat juga malah  cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan 'sampah' ini. Maka dari itu, dampaknya tak memandang tingkat ekonomi masyarakat.

Penelitian ini meneliti 12.167 orang subjek yang tinggal di Bangladesh dan Sri Lanka sejak 2018 hingga 2020. Kadar gula darah mereka diukur secara berkala untuk mengetahui fluktuasinya. Ilmuwan nantinya akan mencocokkan kenaikan gula darah mereka ini dengan peta ketersediaan pangan di sekitar para subjek. 

Peneliti mensurvei jenis makanan yang tersedia di sekitar 300 meter dari tempat tinggal subjek lalu mengelompokkan semua makanan ini ke dalam kategori sehat dan tak sehat.

Begitu dianalisis datanya,  ilmuwan menemukan bahwa mereka yang tinggal di daerah dengan banyak gerai makanan siap saji mengalami kenaikan 8% dalam risiko menderita diabetes tipe 2 yang dipicu gaya hidup dan pola makan. Kenaikan gula darah mereka yang tinggal dekat resto siap saji ialah 2,14 mg/dL. 

Orang-orang yang lebih kaya juga anehnya tidak memilih makanan yang lebih sehat tapi justru malah membeli lebih banyak makanan 'sampah' ini. Tak heran, risiko diabetes mereka juga lebih tinggi dan kebanyakan mereka adalah perempuan.

Hal serupa juga sebenarnya sedang terjadi di negara kita yang juga termasuk negara berkembang seperti Bangladesh dan Sri Lanka yang sedang mengalami serbuan makanan siap saji tak hanya dari luar negeri tapi juga dalam negeri.

Fakta memprihatinkan ini sepatutnya menjadi bagian dari pertimbangan pengambilan kebijakan pemerintah ke depan. Idealnya ada pengaturan kandungan zat gizi dalam makanan-makanan yang dijual bebas di masyarakat terutama yang dikonsumsi generasi muda dan anak-anak. 

Jika pemerintah tak mengantisipasi, bangsa kita di masa depan bisa digerogoti produktivitasnya oleh penyakit-penyakit degeneratif akibat gaya hidup dan pola makan yang tak sehat seperti konsumsi makanan dan minuman tinggi gula (minuman populer boba misalnya), tinggi garam (ayam goreng dan makanan ringan rasa asin gurih dalam sachet yang dijual di warung-warung dekat sekolah dan rumah), tinggi lemak (makanan berminyak seperti gorengan yang juga banyak dijual di kantin sekolah dan warung makan). 

Kenyataan sekarang ini pemerintah seolah menutup mata dengan jual beli makanan dan minuman siap saji yang sesungguhnya bisa merusak kesehatan masyarakat jika dikonsumsi terus-terusan atau terlalu sering. Dan ini ditambah dengan keinginan sebagian pelaku bisnis yang cuma berpikir soal laba. 

Konsumen mau sakit gara-gara sering makan produknya mana peduli? Padahal seharusnya para pelaku bisnis kuliner juga memiliki tanggung jawab moral karena apa yang mereka jual bisa membantu masyarakat dan bangsa ini agar lebih sehat dan produktif. 

Bila bangsa kita sehat dan bisa menghindari penyakit-penyakit yang sebetulnya bisa dicegah dengan mengatur gaya hidup dan pola makan, otomatis beban keuangan negara seperti pembiayaan BPJS juga bisa ditekan sehingga bangsa ini bisa lebih maju. 

Dana yang dihabiskan untuk perawatan pasien penyakit-penyakit akibat gaya hidup yang keliru bisa dialokasikan untuk kebutuhan bangsa lainnya yang tak kalah krusial seperti pembangunan pendidikan yang masih sangat perlu. Tapi tentunya pemerintah dan kita semua mesti bekerjasama untuk saling mengingatkan bahwa sehat itu kebutuhan dasar kita semua. Dan itu semua berawal dari apa yang kita masukkan ke dalam mulut ini. (*/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun