Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketidakpedulian terhadap Perubahan Iklim Pertinggi Peluang Munculnya Pandemi Baru

7 Mei 2022   22:54 Diperbarui: 7 Mei 2022   23:12 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhasil suhu bumi naik, dan kenaikan tipis suhu bumi ternyata berdampak pada populasi kelelawar yang menjadi inang bagi banyak virus aneh dan mematikan bagi kita. Tebak di mana titik episentrum perkembangbiakan populasi kelelawar dan virus-virusnya? Di Asia Tenggara, termasuk negara kita. Asia Tenggara dikenal sebagai hotspot atau pusatnya keragaman kelelawar dunia. Kita pusatnya!

Jadi kita sebenarnya sedang dalam proses membunuh diri kita, anak-anak dan cucu-cucu kita dengan terus mengabaikan perubahan iklim dan menuhankan pertumbuhan ekonomi dan GDP yang entah sampai kapan akan kita terus pakai sebagai tolok ukur kesejahteraan yang kalau dipikir lagi semu belaka. 

Buat apa kaya-raya tapi kebanjiran terus, sakit-sakitan terus? 

Dan bagaimana sikap pemerintah kita terhadap isu ini? Menurut Kompas.com, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar malah menunjukkan sikap suportif pada deforestasi. Sebuah tweet di akunnya @SitiNurbayaLHK pada Rabu (3/11/2021) berbunyi: "Pembangunan besar-besaran era Presiden Jokowi tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon atau atas nama deforestasi".

Sangat amat disayangkan. Sebuah blunder humas yang tak perlu. Dan itu menyayat hati karena ternyata bahkan untuk akting dan sekadar berpura-pura peduli lingkungan saja, kita tidak bisa.

Jika ini memang bisa dianggap sebagai sikap pemerintahan Jokowi pada isu perubahan iklim, tak berlebihan rasanya kalau kita dicap bangsa paling dungu dan bebal soal ini. 

Namun, tentu saja kita tidak bisa bersikap apatis dan pasrah saja menghadapi kenyataan pahit ini. Di momen Idulfitri ini, mari kita renungkan sejenak apa yang lebih bermakna dari euforia mudik yang membutakan mata kita terhadap hal-hal yang lebih penting bagi bumi yang menjadi rumah kita dan penerus kita nanti ini. (*/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun