SEBUAH buku menarik perhatian saya beberapa hari ini. Isinya mengenai sejarah konflik Ukraina dan Rusia.Â
Salah satu bagiannya membahas soal mengapa Rusia dan Ukraina beragama Kristen Timur. Sang penulis Serhii Plokhy yang dikenal sebagai pakar sejarah Rusia-Ukraina ini dalam bukunya "The Origins of the Slavic Nations" menjelaskan bahwa salah satu komponen jatidiri bangsa Kievan Rus' yang dianggap sebagai nenek moyang bangsa Rusia, Ukraina, dan Belarusia adalah agama resmi mereka: Kristen Timur (Eastern Christianity). Â
Salah satu penguasa besar Kievan Rus' Volodymyr Yang Agung pernah didekati oleh pemuka-pemuka agama besar yang melobi supaya agama mereka jadi agama resmi kekaisaran Kievan Rus'.
Tercatat pernah datang orang Jerman yang membawa Kristen Baratnya, lalu orang Khazar dengan Judaisme, orang Yunani dengan Kristen Timurnya dan bahkan berkunjung pula pemuka agama Islam dari Bulgaria.
Menurut "Primary Chronicle" yang ditulis rahib Nestor, Volodymyr ini cowok yang hobi main perempuan. Jadi Volodymyr ini senang sekali mendengar bahwa Islam membolehkan seorang pria untuk mempraktikkan poligami.
Volodymyr ini konon punya 600 orang istri dan 800 selir sebelum dia akhirnya beralih kepercayaan. Terbayang betapa besar nafsu seksnya.
Tapi begitu pemuka Islam dari Bulgaria itu menjelaskan: "Tapi paduka Volodymyr tidak diperkenankan memakan babi dan minum anggur. Dan untuk masuk Islam juga Anda dan pria-pria dewasa lainnya mesti disunat."
Terkejutlah Volodymyr denger pernyataan ulama Bulgaria tadi.
"Hmmm, sayangnya minum-minum itu kenikmatan hakiki buat bangsa Rus', dan kami tak sanggup hidup tanpa anggur," putus Volodymyr.Â
Tentang sunat, Volodymyr mungkin sudah merasa ngilu membayangkannya.
Akhirnya ia memutuskan menerima agama Kristen Timur yang dibawa orang Yunani karena alasan yang lebih ke aspek estetik: "Saya terkesan dengan keglamoran dan keindahan gereja-gereja Byzantium. Maka saya ingin menjadi pemeluk Kristen Timur saja."
Sejak saat itu, Kristen Timur khas Yunani menjadi agama yang diterima luas di Rusia dan Ukraina. (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H