MUNGKIN ini salah satu alasan kuat lainnya kenapa pernikahan dini sangatlah tidak disarankan. Sebagaimana kita tahu, di negara kita angka pernikahan dini masih relatif tinggi. Apalagi sejak pandemi menyerang, banyak kasus putus sekolah dan anak-anak usia sekolah memilih untuk menikah dini karena desakan kebutuhan ekonomi.
Dikutip dari Kompas.com, situasi pernikahan dini di Indonesia masih menyedihkan dan sangat membutuhkan perhatian. Dari data Koalisi Perempuan Indonesia (2019) dalam penelitian "Girls Not Brides" ditemukan ada sekitar 1 dari 8 remaja perempuan di negara ini yang sudah menikah sebelum usia legal, yakni 18 tahun.
Ditilik dari sisi ekonomi, pernikahan dini juga membuat perekonomian negara melorot. Bappenas menyatakan perkawinan anak bisa menimbulkan kerugian setara 1,7 persen dari Pendapatan Kotor Negara (PDB). Ini jumlah yang tak sedikit kalau diakumulasi selama bertahun-tahun sebetulnya.
JANGAN MELAHIRKAN TERLALU MUDA
Tim penelitian Aarhus University yang dipublikasikan tahun 2017 menyatakan bahwa usia seorang ibu saat melahirkan anaknya menentukan apakah si anak di masa datang akan memiliki kesulitan atau gangguan dalam berperilaku, berhubungan sosial dan menata emosinya.
Dan yang menarik makin tua umur seorang ibu saat melahirkan, dampak positifnya ialah risiko si anak menderita kesulitan berperilaku, berinteraksi sosial dan mengelola emosi juga menurun.
Para ibu yang lebih tua usianya diketahui dari riset tersebut memiliki kecenderungan lebih rendah untuk menghukum dan memarahi anak-anak mereka saat mengasuh. Anak-anak ibu yang usianya lebih matang akhirnya juga memiliki kondisi yang lebih stabil dalam aspek sosial dan emosional.
Implikasi riset ini memang agak bertentangan dengan anjuran dan intuisi masyarakat bahwa para perempuan seharusnya menikah dan melahirkan di usia yang lebih muda selagi mereka sehat dan produktif dari segi fisik dan reproduksi. Perempuan memang mengalami penurunan tingkat kesuburan seiring meningkatnya usia dan ada peningkatan risiko saat kehamilan juga. Namun, pada kenyataannya hal ini bisa ditanggulangi dengan pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur.
Sebuah riset lain sebelumnya juga menyatakan bahwa usia kehamilan dan persalinan yang tak terlalu muda berdampak pada kesehatan psikososial si anak.Â
APAKAH PERLU MENUNDA KEHAMILAN?
Banyak orang Indonesia yang menganggap hamil di usia 30-an atau 40-an sebagai kehamilan yang terlambat. Padahal menurut tren global, makin tuanya usia ibu melahirkan sudah terjadi di banyak negara.
Ini bisa terjadi karena umat manusia saat ini memiliki angka harapan hidup lebih panjang dari sebelumnya. Para perempuan juga sekarang memiliki lebih banyak kesempatan berkarier dan menjalani pendidikan. Serta yang tak kalah penting, teknologi medis dan kontrasepsi juga makin berkembang, membantu para perempuan usia matang untuk menjalani kehamilan dan persalinan dengan lebih aman.
Para ibu yang melahirkan di usia matang perlu mengantisipasi risiko keguguran, kelahiran prematur dan memiliki bayi dengan kondisi kurang 'sempurna'.
Para ibu yang berusia matang untungnya juga memiliki kelebihan dalam menjalani proses kehamilan. Mereka lebih tenang, bersikap lebih positif mengenai kondisinya dan pemikiran mereka juga lebih positif terkait pola asuh dan mendidik anak. (*/Twitter: @akhliswrites)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H