Di usia 18 tahun, banyak gejala penyakit mental mulai terdeteksi dan bisa diamati dalam diri seorang individu.
Menurut seorang peneliti bernama Aaron Reuben dari Duke University, kaitan antara paparan polusi udara dan risiko menderita penyakit mental memang moderat. Belum tinggi sekali tapi ia mengingatkan: Karena paparan terhadap polusi udara begitu luas di bumi, zat-zat pencemar udara bisa menjadi penyumbang besar terjadinya tren kenaikan penyakit jiwa dan mental. Nah!
WHO saja mengingatkan bahwa hampir tidak ada manusia di muka bumi yang luput dari efek negatif pencemaran udara. Bahkan 9 dari 10 manusia di seluruh dunia terpapar pada polusi udara parah akibat zat pencemar yang dibuang dari kendaraan bermotor, pembangkit listri tenaga fosil (batubara, minyak bumi), pabrik-pabrik, pengolahan sampah dan proses industri di seluruh dunia.
Selain nitrogen dioksida tadi, ada juga zat timbal yang ditemui di asap kendaraan yang juga berpotensi membahayakan kesehatan mental anak-anak kita yang tinggal di perkotaan dengan lalu lintas padat mapun anak-anak yang tinggal di sekitar pabrik, kawasan industri, dan sebagainya.
Studi ini mengaitkan juga kondisi pencemaran udara dan tingkat kenaikan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit di China dan India, dua negara yang tingkat polusi udaranya sudah gila-gilaan. Dan kondisi udara Jakarta dan kota-kota besar kita juga tak mustahil mirip dengan kondisi di sana.
Jadi jika Anda saat ini calon orang tua, atau merencanakan memiliki anak, pertimbangkanlah masak-masak kondisi lingkungan di sekitar Anda. Jangan sampai penyesalan itu datang. (*/ @AkhlisWrites)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI