Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengapa Baca Buku Tak Harus Sampai Habis?

24 Maret 2021   14:38 Diperbarui: 3 April 2021   12:15 2069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca buku. (sumberL: DragonImages via kompas.com)

SEBAGAI seorang penulis tentunya membaca adalah sebuah kegiatan yang wajib. 

Bagi saya sendiri, membaca juga sudah menjadi sebuah ritual harian. Membaca buku di era digital sekarang juga belum tergantikan dengan artikel. Ada yang terasa kurang dengan membaca artikel-artikel pendek. 

Entah terasa belum tuntas atau puas karena isinya terlalu dangkal, tapi membaca buku atau karya yang panjang daripada sekadar listicle atau artikel populer di internet terasa lebih berkesan.

Namun, masalahnya membaca buku atau karya yang panjang dan relatif tebal butuh dedikasi tersendiri. Tak cuma waktu membaca, tetapi Anda juga harus menyisihkan tenaga pikiran untuk mencernanya. 

Di waktu luang, tak heran banyak orang lebih tergiur untuk 'mengistirahatkan' otaknya dengan   mengkonsumsi konten-konten ringan dan menghibur seperti sinetron, main gim daring. 

Boleh memang asal tak berlebihan apalagi kecanduan siang dan malam atau mengganggu produktivitas kehidupan nyata kita.

Saya sendiri boleh dikatakan pembaca yang agak aneh karena susah untuk menuntaskan bahan bacaan sampai habis. 

Saya pikir pikiran saya saja yang sedang lelah atau memang butuh istirahat, tapi lama kelamaan saya menemukan bahwa untuk buku-buku yang benar-benar menurut saya menarik, saya sanggup membacanya dalam hitungan jam atau hari. 

Namun, untuk buku yang topiknya sulit saya pahami dan memiliki gaya penulisan yang kurang menarik perhatian saya (bisa jadi karena terlalu lambat 'pace'-nya atau terlalu bertele-tele), saya jauh lebih lama bisa menyelesaikannya dan bahkan ada yang sama sekali saya tak tertarik untuk selesaikan membaca.

Saya pun merasa bersalah karena merasa tidak bisa membaca cepat dan kilat sampai habis. Padahal saya mesti membaca untuk memperkaya pengetahuan.

Nah, beberapa waktu lalu saya menyaksikan wawancara filsuf Yuval Noah Harari yang fenomenal itu dan ia secara sekilas menjelaskan kebiasaan membacanya yang unik. 

Sebagai seorang pemikir besar, ia tentu sangat banyak membaca. Dan memang ia tidak membatasi genre atau jenis bacaannya. Ia membaca banyak jenis bacaan/ buku. 

Namun, yang bagi saya menarik ialah pernyataannya bahwa ia bisa membaca 10 buku tapi menyingkirkan 9 di antaranya tanpa menyelesaikannya. 

"Saya membaca dengan tidak sabaran. Saya bisa memulai membaca 10 buku lalu menyingkirkan 9 di antaranya setelah cuma membaca 10 halaman pertama," ujarnya dalam sebuah wawancara di forum Google Talk.

Ternyata ia memiliki kriteria sendiri untuk menentukan apakah ia harus lanjut membaca atau tidak: 

Sering membaca buku tapi tak sampai habis? Tak perlu merasa bersalah kok. Itu wajar. (Foto: Tom Murphy VII di Wikimedia Commons)
Sering membaca buku tapi tak sampai habis? Tak perlu merasa bersalah kok. Itu wajar. (Foto: Tom Murphy VII di Wikimedia Commons)

"Apakah buku ini menawarkan sesuatu yang baru dan menarik dari awal?"

Ia juga membaca buku secara acak. Tidak cuma buku dari kategori tertentu tetapi berbagai disiplin ilmu. 

"Saya terus membaca sampai menemukan hal yang menarik (perhatian saya-pen)," tuturnya.

Dari sinilah saya menyimpulkan bahwa jika kita memang tidak bisa selesai membaca sebuah buku, jangan merasa bersalah. 

Anda tidak bisa disalahkan jika memang tulisan di dalamnya tidak menarik atau sudah 'basi', klise, dan hambar. Kalau memang sebuah buku tidak menarik perhatian Anda, singkirkan saja dan coba baca buku lainnya. Siapa tahu buku yang lain lebih menarik?

'Kesalahan' saya selama ini sebagai pembaca ialah malah saya memaksa diri untuk membaca sampai habis buku yang menurut saya membosankan dan tidak menarik karena berbagai alasan. Namun, akhirnya saya toh gagal juga karena merasa tersiksa.

Atau bisa saja Anda menyingkirkan sebuah buku dan menyimpannya untuk beberapa waktu untuk kemudian jika waktunya terasa tepat dan Anda merasa sudah siap.

Anda bisa memulai membacanya kembali saat merasa membutuhkan rujukan atau membutuhkan pengetahuan dari dalam buku itu. Kadang saya merasakan hal demikian pada sebagian buku yang saya miliki. 

Bagaimana dengan Anda sendiri? Seringkah gagal membaca sebuah buku sampai tuntas? (*/ Twitter: @akhliswrites)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun