Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kalau Buat Startup, Jangan Terlalu 'Niche'!

19 Maret 2021   12:01 Diperbarui: 19 Maret 2021   12:04 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEBAGAI seorang serial entrepreneur (entrepreneur dengan rekam jejak pernah mendirikan sejumlah startup sukses), Natali Ardianto yang juga salah satu penggagas #StartupLokal pernah melontarkan nasihat yang menurut saya cukup bagus untuk disampaikan bagi anak-anak muda yang tertarik mendirikan startup digital.

"Ini tips dari saya. Jangan didengarkan kalau tidak percaya: Kalau Anda ingin membuat startup, jangan buat startup yang terlalu 'niche' (baca: [nish]- pen)," ungkap pria yang dahulu menjadi salah satu pentolan Tiket.com.

Apa pasal?

Ia berargumen bahwa karena saat ini, industri yang luas saja belum banyak yang mengakses. "Mengapa harus memikirkan 'niche' (segmen pasar yang khusus dan lebih sempit tetapi menguntungkan - pen)?"

Lebih lanjut Natali membagikan pengalamannya saat ia dan rekan-rekannya berada di inkubator bisnis Project Eden.

"Saya menghadapi sebuah presentasi, ada yang mengajukan ide startup yang sangat 'niche'. Ia berkata,"This is a social media for the dead." (Ini media sosial untuk orang yang sudah meninggal- pen). Anda bisa membayangkan tidak? Jadi maksudnya, saat seseorang masih hidup, ia akan menambahkan teman-teman saya ke dalam layanan itu. Saat ia meninggal dunia, layanan jejaring sosial itu akan memberikan pemberitahuan bahwa orang yang bersangkutan itu meninggal dunia. Very very niche! Kami dulu menganggapnya masuk akal, karena kalau kita meninggal, tidak bisa memberitahu teman-teman kita. Tetapi tidak semua orang bisa menerima ide ini," jelas entrepreneur yang kini terlibat di startup baru itmi. panjang lebar.

Dalam kasus Natali, saat dirinya dan sejumlah rekan memulai tiket.com, suara sumbangnya banyak. "Kamu kenapa buka tiket.com, kan sudah ada booking.com, agoda, dan bisnis sejenis itu?"

Alasannya ia berada dan berasal dari Indonesia, dan mereka (bisnis-bisnis sejenis itu) dari luar negeri. Mereka belum tentu paham dengan pasar dan konsumen Indonesia yang pasti berbeda dari karakteristik pasar dan konsumen negara asal mereka. 

Bagaimana menurut Anda sendiri? Apakah Anda juga berkeinginan mendirikan startup yang sangat spesifik tetapi masih gamang?

Ada baiknya mempertimbangkan pasar potensialnya. Jangan sampai Anda hanya berasumsi dan terlalu percaya diri bahwa startup ini disukai banyak orang tetapi ternyata kemudian cuma sedikit orang yang mau merogoh kocek untuk menggunakan produk atau jasa dari startup Anda yang terlalu spesifik itu. Bisa-bisa startup Anda gulung tikar bahkan sebelum berkembang. (*/ Twitter: @AkhlisWrites)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun