Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mau Jadi Penulis? Jangan Kuliah Jurusan Sastra!

11 Maret 2021   16:01 Diperbarui: 13 Maret 2021   03:03 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi belajar menulis sebuah cerita. (sumber: pixabay.com/bloomingmimosa)

Meskipun urusan besaran sangat penting, aspek gengsi juga jangan sampai ditinggalkan. Kalau pendapatan jutaan dalam sehari tapi didapat melalui cara berakting menjadi pengemis di jalan-jalan, tentunya orang yang waras dan masih punya harga diri malu dan enggan. 

Akhirnya saya memasuki jurusan Sastra Inggris itu dengan tekad bulat. Inilah jalan yang saya pilih dan akan tempuh dengan segala konsekuensinya, baik yang manis seperti gulali maupun pahit bak bratawali.

Selama 4 tahun, saya pun bergumul dengan banyak karya sastra. Di ruang kuliah, saya disuguhi banyak mata kuliah yang tak satupun menyinggung soal angka atau rumus. Saya sangat menikmatinya. Inilah nirwana, gumam saya.

Namun, setelah beberapa lama saya merampungkannya, saya baru sadar bahwa kurikulum yang saya harus babat habis kala kuliah sastra itu justru menjauhkan saya dari cita-cita saya menjadi penulis.

Apa pasal?

Di dalam jurusan sastra yang saya tekuni selama setengah windu itu, saya lebih banyak mencerna sajian berupa mata kuliah yang bersifat telaah. 

Misalnya, telaah prosa, telaah puisi, kajian Sastra Negara Anu, khasanah teori sastra, dan sebagainya. Dan itu tak cuma di satu semester tapi berseri hingga 3-4 semester berikutnya. Bisa saya katakan porsi mata kuliah jenis telaah ini cukup mendominasi.

Saya pun makin terampil menyusun makalah yang isinya meneliti karakter dalam novel X, atau makalah tentang pengaruh perjalanan hidup pengarang Y pada karya-karya sastra yang ia tulis semasa hidupnya.

Selain mata kuliah jenis analisis tadi, mata kuliah yang bersifat teoretis seperti Grammar (Tata Bahasa), Syntax (Sintaksis), Fonetik, Morfologi, dan sebagainya juga terasa makin menjauhkan saya dari cita-cita saya sebagai penulis. 

Saya tak menafikan pentingnya ilmu-ilmu linguistik ini bagi seorang penulis, tapi saya hanya merasa agak kewalahan dengan porsinya. 

Justru saya merasa aneh karena mata kuliah yang mengajarkan saya menulis dengan baik dan kreatif seperti Writing malah porsinya jauh lebih sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun