Dari seorang teman yang bernama Mawar Joenytha, saya baru tahu bahwa kelor juga bisa digunakan sebagai obat herbal yang membantu pemulihan luka-luka.
"Saya mengalami kecelakaan bulan Maret tahun 2018 lalu. Karena saya alergi obat-obatan medis, saya mencoba alternatif lain. Saya pilih minum teh bubuk kelor," kenang perempuan yang sehari-hari mengajar sebagai pelatih kebugaran tersebut.
Menurut Mawar, zat-zat dalam kelor mampu mempercepat pertumbuhan jaringan kulit dari dalam agar luka-luka cepat kering dan sembuh secara alami.
"Kelor ini juga sudah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai makanan super (superfood) karena kandungan nutrisinya yang padat. Hanya saja masyarakat kita belum begitu familiar karena banyak yang menganggapnya sebagai tumbuhan mistik, termasuk di masyarakat Lombok," terangnya lebih lanjut.
Diakui Mawar, masih ada pandangan di antara masyarakat bahwa kelor bukan bahan makanan yang bergengsi.
"Orang masih beranggapan sayur kelor itu untuk orang yang tingkat ekonominya menengah ke bawah padahal kelor mengandung banyak nutrisi," ucap perempuan yang kemudian tertarik untuk memberdayakan masyarakat dengan memanfaatkan potensi ekonomi kelor.
Bulan April 2018, ia menggunakan modal pribadi untuk memproduksi bubuk daun kelor dan teh daun kelor yang ia sudah buktikan sendiri manfaat kesehatannya.
"Saat itu, saya saksikan banyak daun kelor yang tidak diolah sebagai produk siap jual di Lombok Utara," kenangnya.
Ia pun berniat mengolahnya dan memasarkan kelor menjadi produk yang menjanjikan secara ekonomi. Mawar memberikan lapangan kerja bagi ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya di Lombok Utara. Caranya dengan melatih dan mempekerjakan mereka dalam pengolahan daun kelor sebagai produk kesehatan.
"Saya mempekerjakan ibu-ibu di sekitar rumah untuk memilih, mencuci dan menjemur daun-daun kelor di dalam ruangan. Tujuan saya memang agar untuk mengembangkan ekonomi lokal melalui kaum perempuan setempat," ucap Mawar yang mendonasikan 2,5% dari hasil keuntungan produknya pada anak-anak bergizi buruk dan mengalami gangguan pertumbuhan (stunting) di kabupaten Lombok Utara.
Lebih lanjut, ia mengatakan pendapatan ibu-ibu rumah tangga tersebut bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. "Ada ibu yang bisa membiayai kuliah anaknya dengan berjualan daun kelor ini," tuturnya.