Saya perhatikan masyarakat kita masih saja, sekali lagi MASIH SAJA menganggap sampah plastik dan sampah berbahaya sama dengan sampah organik seperti sampah dapur. Apapun yang tinggal ditimbun lalu dibakar dengan bensin dan api. Kelar perkara.
TUNGGU DULUUUUUU!!!!
Saya ingin ceritakan kegelisahan ini setelah menderita dampak kebiasaan membakar sampah di tengah masyarakat Jakarta ini yang masih saja dilestarikan padahal mereka tahu polusi di Jakarta ini sudah parah.
Bahkan di pagi hari yang justru udaranya masih enak dan segar, ada saja oknum masyarakat yang sudah rajin menyapu lalu membakar sampahnya.
Entah apa yang mereka pikirkan hingga sampai membakar sampah?Â
Mungkin kebiasaan semacam itu masih bisa dimalumi jika kita tinggal di sebuah rumah di tengah hutan yang tidak ada tetangga di sekitar.
Namun, di Jakarta, tetangga kita banyak sekali. Dan orang pikir asap itu hanya akan mengenai halaman rumahnya. Lagipula membakar adalah cara praktis untuk mengenyahkan sampah apapun dari pandangan kita.
Ini yang menurut saya cacat logika!
Bagi saya yang selalu menyempatkan berolahraga di pagi hari, menghirup udara segar adalah kemewahan di tengah Jakarta yang sebentar lagi akan panas dan pengap dengan asap.
Tapi pagi ini saya merasa sudah tidak bisa mentolerir kebiasaan membakar sampah masyarakat kita karena sikap abai atau ketidaktahuan itu rupanya masih luas dan belum bisa disingkirkan. Mereka mungkin masih berpikir bahwa akibat pembakaran sampah itu kan tidak seberapa dibandingkan industri atau para pengguna kendaraan bermotor di jalan-jalan Jakarta.Â
Kalau semua orang berpikiran seperti itu, kapan kita bisa menekan polusi?