Sebuah studi unik saya temukan dari sumber Washington University di kota St. Louis. Dikatakan di dalamnya bahwa pemilihan presiden bagi sebuah bangsa adalah hari yang paling menyedihkan dalam setahun. "Pilpres ialah hari yang paling sulit bagi para kandidat yang bertarung. Namun, hari pemilihan juga bukan saat yang mudah bagi para pendukung mereka. Ditemukan dalam studi bahwa bahkan dengan memenangkan pilpres, kebahagiaan pihak pemenang tidak banyak berbeda dari sebelumnya."
Jika dengan menang tidak cukup membuat bahagia, bagaimana dengan mereka yang mendukung pihak yang kalah? Menurut studi, kekalahan yang diderita pihak yang lain mengurangi secara signifikan kebahagiaan dan meningkatkan kesedihan mereka secara substansial.
Hasil tersebut diperoleh dari sebuah penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dari universitas tersebut dan dipublikasikan di seri makalah kerja riset Harvard Kennedy School.
Penelitian ini melibatkan ribuan tanggapan survei daring harian dari CivicScience, sebuah perusahaan intelijensi data dan riset pasar, dengan tujuan untuk membandingkan kebahagiaan dan kekecewaan yang dilaporkan oleh mereka yang menyatakan diri sebagai pendukung parpol atau kubu kandidat tertentu di hari-hari menjelang pemilihan presiden tahun 2012 di AS.
Yang unik ialah rasa kecewa dari kekalahan di pilpres tersebut lebih mendominasi dibandingkan kebahagiaan kemenangannya. Hal ini membuat saya bertanya: Apakah semua perseteruan dan kericuhan baik di dunia maya dan nyata jelang pilpres selama ini ada gunanya? (*/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H