Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agar Layanan Ojek Daring Tertib tatkala Mangkal

15 Maret 2018   21:39 Diperbarui: 15 Maret 2018   22:01 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ada hal yang tidak lazim saya temui saat berkunjung ke Stasiun Depok Baru (foto 2 dan 3). Ada sebuah shelter alias tempat berteduh yang nyaman dan resik untuk menunggu ojek daring yang saya dan seorang teman pesan. 

Jaraknya juga tidak begitu jauh dari stasiun sehingga sangat memudahkan pengemudi ojek daring untuk menjemput kami yang sudah menunggu. Kami calon penumpang juga sangat merasa terbantu dengan kehadiran shelter sederhana namun berguna itu.

Saya bertanya ke teman saya apakah shelter ini milik pihak tertentu. Ia menjawab sewaan dari para pengemudi ojek daring setempat yang berinisiatif untuk memudahkan pengguna jasa mereka. Terus terang, saya merasa salut dengan hal itu. Pengemudi ini bisa 'mangkal' (rehat sambil menunggu penumpang) dengan nyaman, tidak kepanasan atau kehujanan.

Dan pengemudi pengguna shelter ini bukan cuma yang ada di bawah layanan Gojek tetapi juga Uber dan Grab. Ini menunjukkan kekompakan, yang mengagumkan.

Apa yang saya saksikan di sana bertolak belakang dengan apa yang saya temukan di banyak sudut di Jakarta, tempat pengemudi ojek saya lihat sangat banyak dan kurang menunjukkan ketertiban saat 'mangkal' (foto 1). 

Di trotoar mereka biasanya duduk. Ada yang masih peduli kebersihan dengan menggelar tikar dan tidur-tiduran di bawah pohon. Yang tidak, cuek saja duduk atau jongkok di trotoar, memarkir motor, lalu merokok, makan atau minum, membuang puntung rokok, meludah, dan sebagainya.

Saya tidak sepenuhnya menyalahkan pengemudi-pengemudi ojek daring ini. Hidup mereka sudah terlalu berat untuk disusahkan dengan keharusan mendapatkan tempat menunggu yang lebih layak dan bersih agar terlihat lebih tertib dan berbudaya sebagaimana rekan mereka di dekat Stasiun Depok Baru itu.

Lalu kepada siapa sebenarnya hal ini perlu disampaikan? 

Tentu saja pada ketiga perusahaan layanan ojek daring di sini: Gojek, Grab dan Uber. 

Dengan makin maraknya layanan ini, kita sudah sangat sering menjumpai pengemudi-pengemudi ojek daring yang terpaksa menunggu calon penumpang di tempat-tempat umum tetapi harus susah payah menemukan tempat 'mangkal' yang representatif. Dengan kata lain, bagaimana mereka bisa menurunkan atau menunggu atau menjemput penumpang dengan lebih tertib? 

Hemat saya, adalah tugas perusahaan-perusahaan itu untuk mulai memikirkan bagaimana pengemudi-pengemudi mereka itu dapat bekerja dengan lebih manusiawi. Salah satunya adalah dengan mengupayakan adanya spot-spot khusus bagi pengemudi ojek daring untuk 'mangkal' dengan lebih tertib di tempat-tempat umum.

Bagaimana menurut Anda sendiri? Apakah solusi agar mereka dapat 'mangkal' dengan lebih tertib? (*/akhlis.net)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun