Tidak ada yang berubah dari Jonathan Sianturi, atlet senam pria yang termasyhur  di Indonesia. Kecuali rambutnya yang mulai beruban. Di usianya yang sudah 47 tahun, pria itu masih ramping, gesit dan bugar. Dan wajahnya bahkan masih relatif serupa dengan dirinya saat masih aktif berlaga sebagai atlet senam profesional dahulu. Apakah itu karena senam yang ia sudah geluti selama 4 dekade?
Bisa dipastikan begitu. Sambil berlari kecil, kami - saya dan Jonathan - berbicara soal apa yang ia ingin lakukan dan raih di usianya yang matang sekarang.Â
"Saat usia makin menanjak, saya merasakan manfaat latihan lari yang rutin," ujarnya menasihati kami yang masih junior. Dulu, ia bercerita, sering mengabaikan latihan joggingnya. "Ya karena saya pikir buat apa? Senam tidak banyak lari-lari tapi memang ada manfaatnya. Saat badan atas saya makin besar proporsinya, badan bawah saya harus dijaga pula untuk mengimbanginya."
Kami berlari beberapa lap di sekeliling hall atas Gedung Senam di Jl. Raden Inten, Duren Sawit, Jaktim siang itu. Setelah berkeliling mengelilingi di sisi kiri, kami ke sisi kanan dengan jumlah lap yang sama, lalu disambung dengan berjalan mundur dan ditutup dengan lompat anak tangga. Dari lompat satu anak tangga, menjadi dua dan akhirnya tiga. Atau jika sekuat Jonathan, empat sekaligus. Saya yang masih takut terjengkang ke belakang, hanya bisa satu atau maksimal tiga saja. Itupun masih dengan mengambil jeda di antara lompatan untuk mengambil ancang-ancang.
Wajah Jonathan memang sudah tidak asing bagi saya karena seperti banyak orang Indonesia di era 90-an, saya juga kerap mendengar namanya disebutkan di event-event olahraga senam internasional. Di berita, namanya sudah familiar.Â
Namun, pertemuan pertama kali kami hanya beberapa pekan lalu. Saat itu ia tengah memperkenalkan olahraga kreasi terbarunya:Fitartistic. Ia oun mengundang sejumlah orang-orang yang berminat, yang kebanyakan dari latar belakang yoga seperti saya, untuk mencoba Fitartistic yang unik ini.
Apa uniknya? Dibandingkan gymnastics alias senam lantai yang biasa kita kenal sebagai olahraga prestasi yang sangat menuntut tingkat kebugaran fisik nan prima itu, Fitartistic menekankan unsur gembira alias fun. Dengan kata lain, Fitartistic ini adalah gymnastics yang dikemas sedemikian rupa sehingga orang dewasa yang ingin mulai berlatih senam pun bisa melakukannya setahap demi setahap.Â
Menurut Jonathan sendiri, melatih senam untuk anak jauh lebih mudah karena mobilitas dan berat tubuh mereka lebih baik daripada orang dewasa. Mereka seperti tanah liat yang mudah dibentuk semau pelatihnya.Â
Tetapi, melatih orang dewasa lebih menantang sebab masih harus menaklukkan 'mental block' yang sangat menentukan keberhasilan latihan seseorang. Di sinilah ia berupaya menyisipkan unsur permainan yang lebih menyenangkan sehingga tidak berkesan 'ngoyo' atau memaksa. Karena menurutnya, untuk kalangan dewasa umum yang tidak terlatih sejak kecil untuk menjadi atlet senam profesional, tujuannya berlatih sama sekali lain, yakni bagaimana memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh secara umum. Bukan untuk mengejar prestasi dunia, atau medali emas seperti yang ia sendiri lakukan sejak umur 6 tahun.Â
Dari kejauhan terlihat sekelompok anak dan remaja pria yang masuk ke gedung dan Jonathan mengarahkan pandangannya lalu memberikan instruksi untuk segera melakukan pemanasan sendiri sebelum nantinya mereka menuju menu latihan khusus hari itu. Dan lain dari saya, mereka ini bersenam untuk prestasi. Trisna Ramdhany, salah satu asuhannya, ialah atlet senam senior yang saban hari berlatih di Gedung Senam itu bersama Jonathan. Di antara anak-anak binaannya, ada juga Joseph, anak kedua Jonathan yang menampakkan bakat sebagai penerus sang ayah di dunia senam. Anak-anak laki-laki lainnya dalam kelompok itu masih berusia awal belasan tahun atau di bawah 10 tahun namun saya pastikan telah memiliki tingkat penguasaan keterampilan yang jauh di atas saya. Mereka melakukan handstand di paralel bar tanpa tercekam rasa ngeri, mereka roll ke berbagai arah dengan lincah, bermain pelana dengan kecepatan manuver yang membuat orang berdecak kagum.
Jika mau sebenarnya Jonathan bisa mendaftar sebagai politisi atau kader parpol karena kharismanya sebagai pemimpin muncul secara alami berkat tempaan latihan sebagai atlet profesional. Ia berbagi pengalaman tatkala masih di bawah naungan pelatih-pelatih asing. Mereka ini sering mendorongnya untuk berlatih ekstra keras. "Pernah ditanya,'Sudah latihan?', saya jawab sudah. 'Belum capek?' Saya jawab belum. 'Latihan lagi!' suruh  pelatih saya," kenangnya.
Namun, ia menampik untuk terjun ke politik. "Sejak dulu saya tahunya senam, olahraga. Ya sudah saya fokus ke situ saja," tukas pria yang masih bisa melakukan berbagai gerakan akrobatik seperti di masa mudanya dulu itu.Â
Kunci untuk bisa mempertahankan tingkat kebugaran hingga sepanjang usia ialah terus menjaga disiplin dalam hidup. Â "Saya terkejut saat mendapati seorang teman pesenam yang lebih muda dekat sudah berpulang. Kalau ia lebih tua, saya bisa maklum, tetapi ia lebih muda," ujarnya sambil mengenang mendiang sahabatnya yang kurang disiplin dalam menjaga kesehatannya terutama pasca karier sebagai atlet profesional.
"Dulu saat saya masih muda," cerita Jonathan,"berlatih adalah untuk mencapai kemenangan. Itu saja yang saya tahu. Ego masih besar. Tapi sekarang, saya berlatih untuk kesehatan sendiri. Sebab bila saya masih sehat, saya sebagai hamba Tuhan bisa melayani lebih banyak orang dalam waktu yang lebih lama." (*/akhlis.net)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H