Seorang teman pernah mengatakan bahwa dirinya mendambakan pensiun dini. Dan untuk itu, ia telah merancang rencana besarnya untuk berpindah tempat tinggal. Tak main-main, ia akan menyeberangi samudera demi menjejakkan kaki dan membangun kehidupan baru di teritori seorang perdana menteri yang digandrungi karena kesantunan, kegantengan dan kemahiran beryoganya.Â
.
Saya mengamini. Tak mau memecahkan impian masa depannya berkeping-keping, saya simpan pendapat pribadi bahwa ia mungkin mesti berpikir ratusan kali sebelum bermukim di sana.
.
Bukan karena negeri mapel itu kurang kondusif, kurang tertata, atau kurang sejahtera, kurang aman dibandingkan Indonesia yang morat-marit, kocar-kacir dalam berbagai lini ini. Tetapi karena sesungguhnya hidup di sana, untuk orang seperti dia yang suka mengikuti dinamika politik, akan sangat membosankan.
.
Bagi orang Indonesia yang dibesarkan di tengah hiruk pikuk media dan terutama sekarang media sosial, media mungkin membosankan. Itu karena pikiran mereka selalu dijejali dengan berita-berita dan konten soal peristiwa dalam negeri yang seolah tiada habis-habisnya dikais para kuli ketik baik yang profesional dan kredibel seperti jurnalis media utama hingga yang amatir dan subjektif seperti narablog.
.
Tetapi tahukah apa yang lebih membosankan dari mengikuti berita-berita kebobrokan negeri dan bangsa kepulauan khatulistiwa ini? Jawabannya adalah mengkonsumsi konten media dalam negeri yang malah isinya kebanyakan berita luar negeri.
.
Itulah yang terjadi di negeri pohon mapel itu. Penduduknya cuma sejumput dibandingkan Indonesia yang rakyatnya pandai meningkatkan lajunya beranak pinak. Bagi media lokal untuk menemukan peristiwa-peristiwa yang layak dimuat dan dianggap bernilai berita karena penting diketahui publik di sekitar mereka tidak mudah. Kondisi masyarakat begitu damai. Friksi antarkelompok rendah. Kesejahteraan terjamin. Demonstrasi tak banyak, kalau tak bisa dikatakan tak pernah. Bencana alam juga minim. Politikus-politikus juga tidak sekorup dan sebandel di Indonesia. Tindak kriminal juga muncul sesekali saja.
.
Di negeri berpenduduk sedikit dan damai semacam itu, kebosanan begitu mencekam sampai rakyatnya terpaksa mencari-cari informasi soal kondisi negara-negara lain. Sebab jika hanya melulu fokus ke negaranya, mereka akan ketinggalan dinamika global.
.
Entah mana yang lebih bagus, apakah negara sedamai itu ataukah di sini yang tiap hari membaca berita senantiasa membuat kepala berdenyut. Namun, yang saya tahu teman saya itu pasti akan merindu kekacauan Indonesia yang dapat menjauhkan diri dan benaknya dari rasa hampa. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H