Dari uraiannya, jelas bahwa meskipun platform ini mirip dengan konsep sosial yang ada dalam media sosial yang sudah ada, Firman menggarisbawahi Encirclo adalah platform bisnis, bukan media sosial. Sehingga di dalamnya pengguna bukanlah individu tetapi sebagai perwakilan sebuah bisnis. “Subjek utama platform kami ialah perusahaan. Bagaimana perusahaan bisa berkembang dan berkolaborasi,” terangnya.
Monetisasi dilakukan dengan menggunakan keanggotaan berbayar (paid/ premium membership), pemasangan iklan, dan project solutions. Yang terakhir itu, ia contohkan, akan berguna jika perusahaan ingin menemukan mitra dalam memenuhi kebutuhannya dalam proses produksi yang bertenggat waktu singkat dan mendesak sekali. Kemudahan bagi anggota menemukan mitra dalam waktu singkat inilah nantinya yang akan dijadikan alat mencetak penghasilan.
Senjata pamungkas monetisasi Encirclo ialah big data. “Kita akan banyak mengumpulkan data perusahaan di berbagai kategori,” ucapnya. Contohnya, orang akan makin mudah menemukan perusahaan di berbagai kategori, misalnya makanan.
Impian Firman dan Encirclo sederhana tapi mulia: berguna untuk banyak orang. “Kami ingin membuat sesuatu yang berdampak besar (impactful) bagi banyak orang dan membangun sebuah brand dari Indonesia yang impactful terutama dari sisi pengembangan perusahaan.” Ia menampik membangun startup dengan ambisi menjualnya suatu saat bagi pihak yang berminat.
Oktober tahun ini Encirclo mulai mencari klien untuk menggenjot pertumbuhannya. Mereka ingin menjajaki pasar, mencari metriks atau tolok ukur yang tepat dalam aktivitas yang dilakukan.
Bagi Firman yang masih baru dalam dunia entrepreneurship, ia menyadari dirinya masih harus banyak belajar. Dan satu pelajaran yang baru saja ia dapatkan ialah sebagai entrepreneur baru, fokus boleh saja tapi semua hal harus dicoba. Jika ada respon yang paling signifikan dan positif di satu hal yang menjadi subjek eksperimen, entrepreneur boleh mulai fokus menggarapnya.
Layanan Encirclo belum dibuka secara terbuka bagi masyarakat luas sehingga menurut Firman, target mereka dalam waktu dekat ini ialah menetapkan tujuan dan semua yang diperlukan untuk mencapainya. “Kami ingin membangun network, gain traction. Mulai tahun kedua dan ketiga, kami ingin sudah ada revenue."
Untuk menopang roda bisnis startup yang masih dalam fase kecambah ini, Firman mengaku Encirclo sudah memiliki angel investor tetapi ia enggan menyebutkan nama.
Tentang kondisi dunia startup di Indonesia, Firman memiliki pendapatnya sendiri. Dari pengamatannya, ekosistem startup negeri ini sudah mulai terarah. “Mungkin karena sudah bubbling. Makin banyak orang mendirikan startup meski itu karena alasan hanya ingin terlihat keren,” ucapnya yang menegaskan bahwa dirinya dan Encirclo tidak termasuk kategori tersebut.
Karena populasi startup di Indonesia juga makin banyak, tak pelak peluang mendapatkan pendanaan (funding) juga makin menciut. Pihak investor saat ini mulai semakin mengetatkan persyaratan dan kriteria bagi startup penerima dana. Baginya, menjamurnya startup tidak serta merta membuat kondisi lebih baik karena tidak sedikit yang mendirikan dan membuat tanpa tahu pasti tujuannya. Mereka mendirikan startup dan membuat produk hanya untuk jangka pendek.
Firman juga mengakui ada sebagian entrepreneur muda yang masih setengah-setengah menjalani bisnis. “Begitu tantangannya meningkat, mereka mudah menyerah dan beralih menjadi pencari kerja,” ucapnya dengan nada kecewa.