Istilah kecemasan (anxiety) diambil dari bahasa latin anger, yang berarti mencekik. Kecemasan diartikan sebagai perasaan kegelisahan atau sesuatu yang menakutkan, bersifat menekan perasaan seseorang. Kecemas juga merupakan keadaan khawatir yang menganggap bahwa sesuatu yang buruk atau yang mengancam akan segera terjadi.
Namun seseorang yang tidak mampu meredam rasa cemasnya dimana dalam situasi yang sama kebanyakan orang mampu menanginya maka saat itulah yang disebut gangguan kecemasan. Kecemas yang datang dan bias dikendalikan atau kecemasan itu hilang ketika kita telah menghadapi atau melewati sesuatu yang kita cemaskan itu merupakan kecemasan pada umumnya yang dirasakan oleh seserang.
Misalnya pada suatu hari. Anggap saja hari kamis malam jumat kliwon. Pada malam itu banyak orang jawa yang menganggapnya sebagai malam keramat. Walaupun kita hanya mengetahui inforrmasi dari mulut ke mulut namun kit mempercayainya. Kemudian ketika kita akan berjalan sendirian di sebuah lorong yang panjang maka kita akan merasa cemas yang amat dahsyat. Mengapa kita mengalami kecemasan itu? Karena sudah ada dalam memori kita bahwa malam jumat kliwon akan ada banyak setan yang menggoda, dan kita tahu bahwa kita akan melewati lorong panjang seorang diri. Namun bukan lagi dinamakan kecemasan ketika kita sudah mulai melangkahkan kaki di sebuah lorong itu. Ketika kognisi kita dan saat itu kita menghadapi sesuatu (dalam hal ini melewati lorong sendirian) telah berlangsung maka keadaan ini dinamakan ketakutan.
Logikannya kecemasan itu terjadi ketika kita akan atau belum menghadapi sesuatu yang kita anggap buruk. Namun ketakutan kita rasakan ketika kita ada atau saat itu ada dalam sesuatu yang kita anggap negative tersebut. Namun ada sesuatu yang sama degan ketakutan dan kecemasan. Keduanya akan berakhir atau berhenti ketika sesuatu yang dicemaskan atau ditakutkan sudah terlewati.
Cirri-ciri diagnostic dari gangguan kecemasan meliputi :
·agorafobia : ketakutan dan penghindaran terhadap tempat atau situasi dimana akan sulit atau memalukan bila harus melarikan diri, atau di mana bantuan tidak mungkin ditemukan bila terjadi serangan panic atau simtom seperti panic.
·gangguan panic tanpa agoraphobia : timbulnya serangan-serangan panic yang tak terduga dan berulang, dan adanya keprihatinan yang persisten tentang hal tersebut, tetapi tanpa disertai dengan agoraphobia .
·gangguan panic dengan agorafobia : timbulnya serangan-serangan panic yang tak terduga dan berulang,dan adanya keprihatinan yang persisten tentang hal tersebut, disertai dengan agoraphobia .
·gangguan kecemasan menyeluruh : tingkat kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan serta parsisten yang tidak terkait dengan suatu objek, situasi atau objek tertentu.
·Fobia spesifik : kecemasan yang secara klinis siginifikan, berhubungan dengan pemaparan terhadap situasi atau objek yang spesifik, seringkali disertai dengan penghindaran stimuli tersebut.
·Fobia social : kecemasan yang secara klinis siginifikan, berhubungan degan pemaparan terhadap situasi social atau perfoma (harus malkukan sesuatu), seringkali disertai penghindaran terhadap situasi tersebut.
·Gangguan obsesif-kompulsif: obsesi dan / atau komulasi berulamg.
·Gangguan stres pascatrauma: pengalaman mengalami kembali suatu peristiwa yang sama traumatis disertai dengan meningkatnya keterangsangan dan penghindaran stimuli yang diasosiasikan dengan peristiwa tersebut.
·Gangguan stress akut : ciri-ciri dengan gangguan stres pascatrauma tetapi terbatas pada hari-hari atau minggu-minggu sesudah pemapan terhadap trauma.
Catatan : semua gangguan tersebut dikodekan pada aksis I dalam DSM-IV
Sumber : diadaptsi dari DSM-IV-TR (APA, 2000)
ika miftachur rachmah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H