Mohon tunggu...
Agung Fadhilah
Agung Fadhilah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyebab "Suami Suami Takut Istri"

16 November 2014   23:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:40 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesetaraan gender yang sudah tampak dewasa ini merupakan salah satu dari hasil Emansipasi Wanita yang dicetuskan RA Kartini. Hal ini jelas sudah merubah tatanan sosial masyarakat Indonesia, sebab wanita Indonesia saat ini sudah memiliki peran ganda dalam kehidupan sosialnya. Menjadi wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Pengertian kesetaraan gender sendiri ialah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Dengan adanya emansipasi di Indonesia ini wanita-wanita di Indonesia memiliki wawasan yang sangat luas dan memiliki daya saing tinggi untuk membantu membangun bangsa ini. Kehadiran para wanita di ranah publik dalam mengatasi sebuah masalah akan menimbulkan penilaian yang berbeda-beda dari berbagai pihak. Sebab kita tahu bahwa wanita dalam menyelesaikan suatu permasalahan ia cenderung menggunakan perasaan, sedangkan laki-laki dalam menyelesaikan masalah ia cenderung menggunakan akal dan nalurinya. Dari sinilah jika terdapat suatu masalah akan timbul berbagai macam cara dalam menyelesaikannya.

Saat ini jika kita melihat seorang wanita menjadi kuli bangunan, menjadi supir angkot, menjadi kernet bus dll. Itu semua bukanlah hal yang mengejutkan sebab dengan adanya kesetaraan gender inilah, hal yang seharusnya dikerjakan oleh para lelaki bisa saja dikerjakan oleh para wanita. Begitujuga sebaliknya, hal yang seharusnya menjadi profesi para wanita seperti memasak, menjahit, dll para lelaki lebih jago dan mahir dalam mengerjakannya. Padahal jika berbicara mengenai kodrat wanita itu sendiri, sebenarnya tugas utama mereka adalah menjadi ibu rumah tangga yang sekaligus pelayan bagi suaminya serta menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya. Bukan malah melakukan tugas yang bukan semestinya. Dari sinilah jelas terlihat dengan adanya kesetaraan gender dalam hal profesi laki-laki bisa menjadi wanita dan wanita bisa menjadi seorang laki-laki.

Sehingga tak jarang jika status sosial dalam masyarakat sekarang ini telah berubah dengan hadirnya kesetaraan gender di tengah-tengah masyarakat. Namun kesetaraan gender memiliki dampak positif yaitu mengembangkan bakat, prestasi, dan kemampuan para wanita di segala bidang. Namun pula memiliki dampak negative bagi wanita yang menyalahgunakan kesetaraan gender dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Misalnya, dalam suatu rumah tangga kita tahu bahwa kodrat utama seorang wanita adalah menjadi pelayan bagi suaminya, sedangkan kodrat seorang suami adalah sebagai kepala rumah tangga dan sebagai pencari nafkah untuk kehidupan keluarganya. Namun yang terjadi saat ini, banyak sekali wanita yang durhaka terhadap suaminya karena bisa jadi si suami tidak bekerja sedangkan si istri bekerja, atau bisa saja seorang istri dan suami yang sama sama bekerja namun penghasilan si istri yang lebih tinggi, sehingga perekonomian dalam keluarga si istrilah yang mengatur. Alhasil si istri enggan untuk hormat, patuh, dan taat pada suaminya karena ia merasa ialah yang memiliki uang, sehingga untuk hormat pada suamipun ia enggan. Akhirnya dari kejadian itu dalam masyarakat kita muncullah istilah “suami suami takut istri’’.

Akibat yang muncul dari kejadian tersebut antara lain, meningkatnya angka perceraian karena si istri mampu menafkahi dirinya sendiri, ketidakharmonisan keluarga karena peran ibu sebagai pendidik yang tidak berjalan semestinya, dan lose generation. Sebenarnya dalam mengatasi masalah seperti itu sangat mudah, apa itu ?. yaitu 1 wanita harus sadar akan kodrat yang diberikan Tuhan kepadanya. Dari sini jika si istri sudah sadar akan kodratnya ia juga harus memahami apa sebenarnya pengertian dari kesetaraan gender dan emansipasi wanita itu. Dan juga harus paham kapan ia boleh menggunakan itu tanpa keluar dari apa yang sudah menjadi kodratnya. Sebab emansipasi atau kesetaraan gender ini memang bagus untuk seorang wanita, karena dengan emansipasi wanita bisa bebas berekspresi, mempunyai kesempatan yang sama secara sosial. Namun dalam mempraktekan emansipasi, wanita juga tidak boleh semena-mena melakukan apapun yang ia mau dengan berdalih emansipasi wanita atau kesetaraan gender. Karena wanita tetaplah seorang wanita dan sampai kapanpun akan menjadi seorang wanita. Oleh karena itu, emansipasi atau kesetaraan gender hanyalah sarana bagi wanita untuk mendapat penghidupan yang lebih layak. Dan janganlah menyalah gunakan kesetaraan gender karena akan menimbulkan dampak negative di akhirat nanti. Trims.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun