Mohon tunggu...
Anik Yulianita
Anik Yulianita Mohon Tunggu... Penulis - Pribadi

Siangku untuk mewujudkan dunia dan ketika malam tiba Allah memberikan pakaian untukku :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keterampilan Hasil Daur Ulang Koran

14 Juni 2017   09:58 Diperbarui: 14 Juni 2017   12:10 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minat saya dalam mencintai dunia menulis memang tidak bisa dihilangkan. Meski belum mempunyai suatu karya yang mumpuni saya tetap berharap sembari berusaha dengan kegigihan hati. Lepas dari minat utama saya sebagai seorang penulis saya dulu sebenarnya selalu menggebu-gebu ingin memakai baju kopri, sebagai abdi negara di salah satu departemen pemerintahan yakni Kementerian Sosial untuk sebagai Peksos di Panti Wredha, tapi Tuhan memberi garis tangan yang tidak sejalan dengan keinginan saya namun begitu tidak mengurangi rasa syukur saya sebagai seorang individu karena paling tidak saat ini setiap waktu luang saya bisa berbincang dan bercengkrama riang dengan Nenek-Nenek Panti Wredha.

Ada kepuasan tersendiri kenapa karena saya bersosialisasi di Panti Wredha atau Panti Jompo karena di sini saya belajar untuk tidak sombong ketika saya mampu karena lewat beliau-beliau saya bisa membuka hati, membuka mata dan pikiran bahwa apa yang mungkin saya miliki hari ini belum tentu di esok hari saya tetap menggenggam apa yang saya miliki. Dan, mudah-mudahan sharing saya tentang lansia yang ada di Panti Wredha kali ini bisa menjadi pandangan kita terhadap orang tua kita kelak, misalkan orang tua sebenarnya lebih suka tinggal di Panti Wredha atau di rumah bersama anak-anaknya.

Dalam kesempatan saya berbincang denga seorang Nenek, Nenek Nur namanya beliau adalah seorang Veteran Wanita tahun 45. Dalam usia senjanya beliau memilih tinggal di Panti Wredha karena satu hal, beliau ingin diperhatikan dan tidak kesepian sebab sebenarnya Nenek Nur selalu bimbang, "Mbah ingin pulang, tinggal sama anak-cucu mbah tapi kalau mbah pulang pasti mbah mengerjakan pekerjaan rumah, mbah harus memasak dan yang paling mbah khawatirkan adalah mbah akan tinggal sendirian di rumah karena anak-cucu mbah pasti sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan mbah pasti tidak bisa ikut kegiatan Veteran lagi."

Menanggapi hal tersebut dan mengingat banyaknya anak yang tidak terlalu respek dengan keberadaan orang tuanya yang sudah menginjak usia senja, saya perlahan mencoba berbicara dengan Nenek Nur atau Mbah Nur, "Di sini saja Mbah... Di sini Mbah banyak teman, setiap hari ada kegiatan dan Mbah masih bisa ikut kegiatan Veteran atau ke Istana Negara jika ada undangan."

Kesimpulannya apa yang dihadapi Nenek Nur sebenarnya, senyaman apa pun sebuah Panti Wredha orang tua tetap ingin dekat dengan anak-anak. Jadi tinggal bagaimana sikap sebagai anak kepada kedua orang tuanya ketika orang tuanya sudah berada di usia senja.

Lanjut lagi. Selain masalah-masalah yang ada, meski tidak banyak tetap ada beberapa orang tua yang tetap memiliki sifat kemandirian dalam mencari pendapatan. Sebagai contoh adalah Nenek Hadi. Saya memanggilnya Mbah Hadi. Di luar rutinitas kegiatan Panti Mbah Hadi memiliki keterampilan menjahit dan membuat keterampilan hasil daur ulang koran. Hasilnya lumayan meski Mbah Hadi tidak mengambil keuntungan yang banyak. Dalam kesempatan ini saya pun ikut serta membantu Mbah Hadi dalam memasarkan hasil karyanya sebagai berikut :

Ada macam-macam keterampilan hasil daur ulang koran yang dihasilkan oleh Mbah Hadi, salah satunya adalah tempat tisu, nampan, tempat permen, tempat buah, piring dan lain sebagainya. Alhamdulillah pesanan sudah mulai banyak dan kedepannya saya yakin prospeknya pun bagus dan untuk itu saya sendiri pun belajar dari Mbah Hadi untuk membuat keterampilan hasil daur ulang koran tapi lebih kepada yang belum dibuat oleh Mbah Hadi.

"Mbah, bolehkan saya belajar?" tanya saya sebelumnya.

"Boleh," jawab Mbah Hadi, "Siapa tahu ini nanti juga menjadi rezeki kamu."

"Tapi harus berfariatif kamu bikinnya, seperti aksesoris dinding, kaligrafi..." usul seorang teman.

"Saya belajar karena pesanan sudah meningkat dan saya tidak mungkin hanya mengandalkan hasil kerja Mbah Hadi, kasihan sudah sepuh nanti waktu istirahatnya kurang." kata saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun