Makanan Saat Berbuka
Menyegerakan berbuka juga diajarkan oleh Rosululloh. Berbuka dengan yang manis, dalam konteks ini adalah kurma juga dicontohkan oleh Beliau. Namun kadang kala kita terjebak dengan definisi manis itu sendiri. Anak-anak terutama, akan sangat senang jika berbuka dengan minuman yang manis seperti sirup, teh manis, atau bahkan minuman bersoda. Minuman bersoda dan teh sebaiknya dihindari selama bulan puasa, terutama saat berbuka dan sahur. Teh dan minuman bersoda akan mengganggu proses penyerapan nutrisi ke dalam tubuh, sehingga secara tidak kita sadari sebenarnya kita sedang menurunkan vitalitas tubuh. Makanan bergizi yang kita makan tidak dapat dimanfaatkan nutrisinya oleh tubuh karena kita terlalu banyak mengkonsumsi teh (tannin nya yang berefek buruk), kopi dan minuman bersoda yang menyegarkan itu. Jika konsumsi minuman-minuman ini tidak dihindari maka efeknya pada hari-hari terkahir bulan puasa kondisi tubuh anak (dan bahkan kita) akan menurun sehingga puasa pun terasa lebih berat.
Selain itu, mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak terlalu besar saat berbuka puasa juga sangat dianjurkan agar organ pencernaan kita tidak berkerja terlalu berat. Bagi orang-orang yang memiliki gangguan asam lambung sebaiknya makan dalam jumlah sedikit saat berbuka dan makan lagi setelah tarawih agar asam lambung yang diproduksi bisa dioptimalkan kerjanya untuk mengolah makanan tersebut. Hal ini tentu juga harus diterapkan pada anak kita, jangan sampai setelah puasa sebulan anak kita jadi memiliki kelainan produksi asam lambung karena sebagai orang tua kita tidak ikut menjaga pola makan anak baik saat berbuka maupun saat sahur.
Pemberian Multivitamin
Sebenarnya makanan yang dikonsumsi dalan jumlah yang cukup dan beragam jenis sudah akan mencukupi nutrisi bagi anak. Namun, terkadang anak tidak menyukai makanan tertentu padahal itu baik untuk dia, seperti sayuran hijau. Jika anak dirasa sering pilih-pilih makanan, maka tidak ada salahnya kita memberikan multivitamin selama bulan puasa. Namun jangan terlalu mengandalkan multivitamin tersebut dengan melalaikan asupan nutrisi dalam makanan yang dimakan saat berbuka dan sahur.
Yang terakhir, berilah pemahaman pada anak bahwa puasa baginya masih bertaraf latihan. Jadi jika anak sudah merasa pusing maka sebaiknya puasa dibatalkan karena itu sebagai tanda kurangnya glukosa dalam darah. Jika anak mau maka puasa dapat dilanjutkan lagi. In case anak pusing dan harus membatalkan puasa, segera beri makanan atau minuman manis untuk mengganti glukosa dalam darahnya. Metabolisme tubuh anak dan orang dewasa juga sangat berbeda, sehingga biasanya anak saat berbuka dengan mengkonsumsi makanan ringan dan minuman akan langsung berkeringat. Sebaiknya segera segarkan anak dengan berwudhu dan sholat maghrib, baru kemudian dilanjutkan dengan makan berat yang bergizi dan dalam porsi tidak terlalu banyak.
Selamat menjalankan Ibadah di bulan Ramadhan bagi yang menjalankan. Mohon maaf lahir batin.
[Disarikan dari kajian TOMYam episode terakhir, Jumat 20 Juni 2014 dengan pemateri dr. Dian Kesumapramudya]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H