Degup jantung tetiba menyeruak, kening memantap perhatian. Pemuda ceking bermata antara jatuh pada kagum.Â
Mulailah ia gelisah dalam dudukan, mencari seimbang dan kemenangan. Tidak, ia sedang dalam kalah bermain rasa. Ada pertarungan di sana. Warna memencakkan imanjinya, melambaikan interupsi internal yg selalu saja usik logikanya. Terus dan terus mengudara aneka redaksi dan sejarahnya.Â
Pemuda ceking bermata antara, kemeja yang menampakkan ketakutan serasa gerah dan ikut menghakimi. Ia berdiri, menghempas nafas yang terhirup cukup banyak.
Pemuda itu berbalik dan beranjak. Langkahnya pelan menghalang. Berusaha tak menoleh, lurus ia mengabai. Pemuda itu kalah oleh rasa, rasa yang telah lama pernah menitip waspada.Â
Ia telah memilih. Bukan ini. Entah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H