Mohon tunggu...
Adi W. Gunawan
Adi W. Gunawan Mohon Tunggu... lainnya -

Adi adalah Doktor Pendidikan, Dosen Psikologi S1/S2, penulis 22 buku laris bertema Mind Technology dan Pendidikan, trainer hipnoterapi klinis, trainer dan konsultan pengembangan diri, Presiden dari Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, dan Ketua Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hipnoterapi Klinis, Solusi Alternatif Menangani Perilaku Predator Seksual

21 Juni 2016   09:18 Diperbarui: 21 Juni 2016   09:42 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terdapat bukti kuat yang mengindikasikan abnormalitas pada struktur otak pedofil. Abnormalitas ini terjadi karena pada saat masa perkembangan otak di usia muda, anak mengalami pengalaman traumatik tertentu seperti pelecehan seksual. Abnormalitas pada otak pedofil ini mengakibatkan ia tidak mampu menilai dengan baik dan benar, kompulsif, dan pikiran repetitif (Schiffer, 2008).

Hasil pemindaian menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) dan positron emission tomography scans (PET) mengungkap abnormalitas di wilayah otak bagian depan dan tengah.

Banyak pakar meyakini bahwa pedofil terbentuk akibat pengalaman traumatik di masa kecil, khususnya pelecehan seksual (DiChristina, 2009). Pedofil yang dulunya saat sebagai anak kecil mengalami pelecehan seksual tidak dapat mengendalikan situasi yang ia alami. Saat dewasa mereka secara seksual menganiaya anak-anak kecil dengan tujuan mengalami kembali pengalaman traumatik ini dan belajar untuk mengendalikannya. Namun kali ini situasinya berbeda. Dulu saat sebagai korban mereka dalam posisi tidak berdaya. Sekarang mereka yang memegang kendali.

Kebanyakan pedofil merasa malu dan bersalah setelah melakukan tindakan tak bermoral ini karena disfungsi neurologis membuat mereka hanya menuruti dorongan biologis dan bukan emosi (Schiffer dkk., 2007).

Apakah Pedofil Dapat Disembuhkan?

Pedofilia bersifat multikausal, mulai dari disfungsi otak, pengkondisian oleh lingkungan, anak terpapar materi pornografi sejak kecil, hingga akibat pengalaman traumatik saat kecil seperti pelecehan seksual atau pemerkosaan.

Menurut Yuli Grebchenko, MD, yang intensif meriset pedofilia, pedofilia butuh penanganan seumur hidup (Lamberg, 2005). Studi lain menunjukkan bahwa kombinasi antara psikoterapi dan farmakoterapi dapat memberi hasil paling efektif dalam menangani penderita pedofilia (Kersebaum, 2007).

Pendekatan terapi yang digunakan adalah terapi kognitif, meliputi mendiskusikan pengalaman traumatik, khususnya dari sisi masa kecil pelaku. Terapis juga membantu klien mengenali situasi yang mungkin memunculkan dorongan melakukan tindakan kasar dan merugikan anak-anak. Dalam proses terapi, terapis juga membantu meluruskan pemahaman yang salah dalam diri pelaku, misal anak menikmati saat mereka dilecehkan. 

Dari sisi farmakoterapi, penanganan pedofilia menggunakan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH), and leuprolide acetate (LA) (Briken, 2003). Tujuannya adalah menarget hormon dan senyawa kimiawi tertentu di dalam tubuh, namun memiliki efek samping. SSRI efektif untuk kasus yang tidak terlalu berat dan individu sering hanya mengalami efek samping seksual (Kraus, 2007). Untuk kasus yang lebih berat, LA dapat sangat mengurangi testoteron dan dorongan seksual pedofil. Walau sangat efektif, LA memiliki efek samping yang cukup berbahaya (Schober, 2005). LHRH mengurangi respon neural pada stimuli seksual visual dan memiliki efek samping minim (Briken, 2003).

Hipnoterapi Klinis dan Pedofilia

Pedofilia, seperti yang telah diuraikan di atas, dapat disebabkan baik oleh faktor biologis, abnormalitas otak, dan psikologis, pengalaman traumatik masa kecil akibat pelecehan seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun