[caption caption="Sumber: health.kompas.com"][/caption]Saya sebenarnya tidak tertarik mengikuti perkembangan kasus penyidikan Jessica sampai muncul komentar dari hipnoterapis atau pakar hipnoterapi di media massa tentang Jessica.
Ada hipnoterapis yang mengatakan bahwa Jessica berbohong, hanya dengan melihat gerakan bola mata Jessica yang mengarah ke kanan atas saat menjawab pertanyaan. Ada juga hipnoterapis yang mengatakan bahwa Jessica tidak sedang depresi karena tampak tenang sekali. Di sisi lain, dari berita yang saya baca, Jessica menyatakan kepada Komnas Ham bahwa ia dihipnosis oleh penyidik untuk menjawab sebuah pertanyaan saat pemeriksaan.
Saya tidak dalam kapasitas menilai kinerja penyidik Polri. Demikian pula dalam hal barang bukti yang digunakan penyidik untuk menetapkan Jessica sebagai tersangka.
Artikel singkat ini bertujuan untuk memberi informasi atau ulasan tentang komentar beberapa hipnoterapis atau pakar hipnoterapi ini sehingga masyarakat punya informasi pembanding dari perspektif yang berbeda.
Lalu, apa hubungan antara Jessica, hipnosis, dan hipnoterapi?
Pertama, apakah dengan mata melihat ke sudut kanan atas berarti seseorang berbohong?
Gerakan bola mata ke arah tertentu, menurut ilmu NLP, mengandung makna spesifik. Secara umum adalah sebagai berikut:
- ke sudut kiri atas = mengingat kejadian (dari memori)
- ke sudut kanan atas = mengkonstruksi kejadian
- ke kiri, sejajar telinga = mengingat suara (dari memori)
- ke kanan, sejajar telinga = mengkonstruksi suara
- ke sudut kiri bawah = dialog internal ( self talk)
- ke sudut kanan bawah = mengakses perasaan
Ini adalah kondisi orang pada umumnya. Dalam beberapa kasus, posisi kiri dan kanan bisa mengandung makna sebaliknya. Tidak ada satupun orang yang selalu sama persis mengikuti aturan di atas.
Untuk bisa menilai apakah seseorang berbohong atau tidak, pertama-tama perlu ditetapkan “baseline”. Caranya adalah dengan bertanya pada orang itu, dalam kondisi netral atau rileks, dan mengamati gerakan bola matanya, untuk tahu arah gerakan bola mata saat ia mengingat kejadian yang pernah ia alami (akses memori) atau ia mengonstruksi suatu kejadian.
Bila misal kita bertanya, "Apa yang Anda makan kemarin pagi?" dan seseorang berusaha mengingat sambil menggerakkan matanya ke sudut kiri atas maka posisi sudut kiri atas adalah cara ia mengakses memori atau kejadian yang benar ia alami.
Bila saat ditanya, "Bisa Anda bayangkan gajah berwarna merah muda?" dan bola matanya bergerak ke sudut kanan atas, maka posisi sudut kanan atas ini adalah tanda ia sedang mengkonstruksi suatu gambaran mental, sesuatu yang tidak ada di memorinya.
Namun ada juga orang dengan kondisi "reverse" atau terbalik. Saat ia memandang ke sudut kiri atas yang terjadi adalah ia sedang mengonstruksi gambaran mental atau kejadian tertentu. Sementara saat memandang ke sudut kanan atas ia sedang mengingat kejadian atau pengalaman tertentu atau mengakses data yang ada di memori.
Dengan demikian, kurang bijaksana bila hanya dengan melihat gerakan bola mata Jessica saat diwawancara di televisi, tanpa pertama-tama menetapkan “baseline”, hipnoterapis bisa menarik simpulan dengan sangat yakin bahwa Jessica berbohong.
Bagaimana dengan pernyataan bahwa Jessica tidak depresi?
Hipnoterapis yang bukan psikiater atau psikolog tidak diperkenankan melakukan diagnosa atas diri seseorang karena tidak terlatih atau mendapat pendidikan dan sertifikasi untuk melakukan hal ini. Hipnoterapis bijak tentu paham benar ruang lingkup kerjanya, apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan.
Bagaimana dengan penggunaan hipnosis untuk menggali data dalam diri seseorang?
Saya tidak jelas apakah yang dimaksud oleh Jessica dengan ia dihipnosis penyidik untuk menjawab pertanyaan. Bila yang dimaksud adalah penggalian data di pikiran bawah sadar dengan menggunakan hipnosis maka ini disebut hipnosis forensik.
Untuk melakukannya tidak bisa sembarangan. Yang bisa dan boleh melakukan hipnosis forensik adalah hipnoterapis yang telah mendapat pelatihan khusus teknik forensik. Dan ada syarat lain yang harus diperhatikan dan dipenuhi agar proses dan hasil forensik hipnosis benar dan valid.
Sepanjang pengetahuan saya, di Indonesia, apapun data yang didapat melalui proses hipnosis forensik tidak dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H