Namun ada juga orang dengan kondisi "reverse" atau terbalik. Saat ia memandang ke sudut kiri atas yang terjadi adalah ia sedang mengonstruksi gambaran mental atau kejadian tertentu. Sementara saat memandang ke sudut kanan atas ia sedang mengingat kejadian atau pengalaman tertentu atau mengakses data yang ada di memori.
Dengan demikian, kurang bijaksana bila hanya dengan melihat gerakan bola mata Jessica saat diwawancara di televisi, tanpa pertama-tama menetapkan “baseline”, hipnoterapis bisa menarik simpulan dengan sangat yakin bahwa Jessica berbohong.
Bagaimana dengan pernyataan bahwa Jessica tidak depresi?
Hipnoterapis yang bukan psikiater atau psikolog tidak diperkenankan melakukan diagnosa atas diri seseorang karena tidak terlatih atau mendapat pendidikan dan sertifikasi untuk melakukan hal ini. Hipnoterapis bijak tentu paham benar ruang lingkup kerjanya, apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan.
Bagaimana dengan penggunaan hipnosis untuk menggali data dalam diri seseorang?
Saya tidak jelas apakah yang dimaksud oleh Jessica dengan ia dihipnosis penyidik untuk menjawab pertanyaan. Bila yang dimaksud adalah penggalian data di pikiran bawah sadar dengan menggunakan hipnosis maka ini disebut hipnosis forensik.
Untuk melakukannya tidak bisa sembarangan. Yang bisa dan boleh melakukan hipnosis forensik adalah hipnoterapis yang telah mendapat pelatihan khusus teknik forensik. Dan ada syarat lain yang harus diperhatikan dan dipenuhi agar proses dan hasil forensik hipnosis benar dan valid.
Sepanjang pengetahuan saya, di Indonesia, apapun data yang didapat melalui proses hipnosis forensik tidak dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H